REPUBLIKA.CO.ID, TEMANGGUNG -- Festival Sindoro Sumbing yang digelar selama Juni-Juli berupaya memperkuat eksosistem kebudayaan lokal dari masyarakat sekitar Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Yaitu masyarakat di Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo.
Festival yang didukung wadah Indonesiana dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dilaksanakan secara gotong-royong antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat dan pihak swasta. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Temanggung Woro Anjani di Temanggung, Selasa (25/6), mengatakan festival tersebut dilakukan bersama dengan komunitas dan digelar di beberapa desa.
"Dengan ada festival yang berada di dalam wadah Indonesiana ini, diharap akan tercipta ekosistem kebudayaan. Kami harap ini dapat dilakukan di semua acara yang ada di Temanggung," kata dia.
Pada tanggal 25-27 Juni, Festival Sindoro Sumbing fokus pada kesenian Jaran Kepang Temanggung. Di Temanggung ada sekitar 700 kelompok seni yang menjadikan Jaran Kepang sebagai inti kegiatan berkesenian mereka.
Namun, seiring perkembangan zaman, identitas Jaran Kepang juga mengalami perubahan, oleh sebab itu dalam kegiatan Sarasehan Budaya, para pegiat, seniman dan budayawan berkumpul untuk membicarakan Jaran Kepang.
Direktur Festival Sindoro Sumbing Imam Abdul Rofiq mengatakan ada 100 peserta dari 20 kecamatan di Temanggung terlibat dalam kegiatan tersebut. Menurut dia hal ini perlu dibahas karena Jaran Kepang merupakan gairah berkesenian masyarakat Temanggung dan telah menjadi bagian dari masyarakatnya.
"Sarasehan dilaksanakan di Desa Lamuk Gunung karena di sini merupakan embrio dari Jaran Kepang Temanggung," kata dia.
Selain Jaran Kepang, kegiatan lainnya adalah Java International Folklore Festival featured ASEAN Contemporary Dance Festival, Bedhol Kedaton, Ruwat Cukur Rambut Gembel dan Pentas Tari Kolosal Topeng Lengger.