Sabtu 20 Jul 2019 10:50 WIB

Menengok Kerajaan Kupu-Kupu di Bantimurung

Taman Bantimurung menyuguhkan 243 jenis kupu-kupu yang dilindungi.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Kupu-kupu yang ada di Penangkaran Taman Nasional (TN) Bantimurung Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Jumat (14/6).
Foto: Republika/Imas Damayanti
Kupu-kupu yang ada di Penangkaran Taman Nasional (TN) Bantimurung Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Jumat (14/6).

REPUBLIKA.CO.ID, MAROS -- Sayap yang lebar dengan motif yang beragam, itulah kesan identik dari kupu-kupu bagi kebanyakan orang. Begitu indahnya, Republika.co.id berkesempatan mengunjungi langsung ‘kerajaan’ kupu-kupu di Taman Nasional (TN) Bantimurung Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Jumat (14/5).

Perjalanan menuju TN Bantimurung tidaklah sulit. Informasi mengenai TN Bantimurung cukup familiar bagi masyarakat lokal sehingga tidak terlalu sulit mencari informasi mengenai akses transportasi menuju kawasan itu. Perjalanan dari pusat Kota Makassar misalnya, dapat ditempuh dengan menumpang angkutan kota dengan jarak tempuh 41 kilometer (km) atau sekitar waktu tempuh kurang lebih satu jam.

Adapun transportasi angkutan umum dari Kota Makassar menuju TN Bantimurung bisa dimulai dengan rute Makassar-Sudiang, lalu dilanjutkan dengan mengambil angkot rute Sudiang-Maros, dan lalu Maros-Bantimurung. Berdasarkan informasi yang dihimpun, estimasi biaya perjalanan yang perlu dikeluarkan untuk satu kali perjalanan Makassar-Bantimurung membutuhkan sekitar Rp 50 ribu per orang.

Salah satu pengunjung TN Bantimurung, Riandy Fidyandoriza (22 tahun) menilai, akses transportasi angkutan umum dari Kota Makassar menuju Bantimurung meski dapat diakses melalui ketersediaan angkot, namun lebih fleksibel ditempuh dengan mobil pribadi maupun taksi online. Dia menyarankan, jika pengunjung berjumlah lebih dari tiga orang, maka lebih baik menggunakan jasa transportasi online untuk menghemat biaya perjalanan.

“Kalau pakai taksi online dari Kota Makassar ke sini (TN Bantimurung) cuma Rp 83 ribu,” kata Riandy.

photo
Kupu-kupu yang ada di Penangkaran Taman Nasional (TN) Bantimurung Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Jumat (14/6).

Riandy yang datang bersama tiga orang anggota keluarganya mengaku sengaja memilih berwisata pada hari Jumat untuk menghindari keramaian pengunjung seperti yang biasa terjadi pada akhir pekan dan tanggal merah. Pria kelahiran Bone ini mengaku sudah lima kali mengunjungi TN Bantimurung selama hidupnya. Ketika ditanya mengenai alasan berkunjungnya, Riandy hanya mengaku senang melihat penangkaran kupu-kupu secara dekat.

Belum lagi, kata dia, suasana alam di TN Bantimurung masih terbilang asri dan indah. TN Bantimurung sendiri terletak di tengah hamparan bukit-bukit batuan karst yang lebat dipenuhi pepohonan. Di sekelilingnya, nampak hamparan sawah-sawah pertanian yang membentang sejauh mata memandang. Begitu masuk ke pintu gerbang TN Bantimurung, pengunjung dikenakan tarif masuk sebesar Rp 20 ribu di hari biasa dan Rp 22.500 di akhir pekan dan tanggal merah per orang.

Dengan tarif tersebut, pengunjung bakal disuguhi pengetahuan tentang 243 jenis kupu-kupu yang dilindungi seperti kupu-kupu spesies raja atau Troides helena. Nama kupu-kupu raja itulah yang kemudian mengilhami nama jembatan yang tergantung di lereng gunung batu karst di TN Bantimurung ini, yakni Helena Skybridge.

Adapun Helena Skybridge sendiri merupakan salah satu ikon wisata bagi para turis lokal dan mancanegara di sini. Wajar saja, jembatan dengan panjang 50 meter tersebut yang berada di ketinggian 100 meter di atas permukaan laut dan melintas tepat di atas penangkaran kupu-kupu yang berukuran 7.000 meter persegi membuat para pengunjung betah. Hal itu secara otomatis menjadi magnet tersendiri bagi para pengunjung.

photo
Air terjun Bantimurung di kawasan TN Bantimurung Bulusaraung

Dari atas jembatan, pengunjung dapat melihat bentangan geomorfologi Kabupaten Maros yang identik dengan bebatuan karst warisan prasejarah. Alhasil, dari jembatan inilah para turis dapat mengambil spot yang ciamik dan seperti bahasa kaum milenial: instagramable. Meski begitu indah, pengunjung tak perlu khawatir dengan aspek keselamatan yang diterapkan di sini. Meski Helena Skybridge berada di ketinggian yang cukup tinggi, para pengunjung bakal dipasangi alat keselamatan oleh para petugas untuk dapat melintas.

“Kami pasangi alat keselamatan dulu, kalau (pengunjungnya) tidak mau dipasangi itu, kami tidak beri melintas,” kata salah satu petugas TN Bantimurung, Liwang (52).

Usai menikmati pemandangan khas Kabupaten Maros dari atas Helena Skybridge, pengunjung dapat berwisata menengok goa-goa bebatuan karst yang ada di kawasan tersebut. Liwang menceritakan, TN Bantimurung sering dikunjungi pengunjung lokal yang gemar mengambil gambar di goa-goa. Umumnya pengunjung, kata Liwang, kerap mengambil gambar dirinya di dekat stalagmit yang ada di sana.

Selain goa, Liwang juga menceritakan tentang penangkaran dan laboratorium penelitian kupu-kupu yang ada di bawah Helena Skybridge. Menurut Liwang, kupu-kupu akan memasuki masa produktif pembiakan pada musim kemarau. Sehingga jika memasuki musim penghujan seperti sekarang ini, kupu-kupu yang berusia tua berkurun waktu satu bulan lebih bakal mati. Kemudian kupu-kupu yang sudah mati tersebut dikumpulkan oleh petugas untuk diawetkan sebagai bahan penelitian maupun dijadikan gantungan kunci dan cinderamata.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement