Rabu 14 Aug 2019 14:31 WIB

Jabar Gagas Jalur Kereta Wisata untuk Turis Asing

Jalur kereta wisata gunakan rute Bogor-Sukabumi-Cianjur.

Rep: Antara/ Red: Indira Rezkisari
 Stasiun Bogor. Sejumlah penumpang KRL berada di kereta di Stasiun Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (11/3).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Stasiun Bogor. Sejumlah penumpang KRL berada di kereta di Stasiun Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (11/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Provinsi Jawa Barat (Jabar) saat ini sedang menggagas wisata jalur kereta api untuk turis asing. Wisata kereta api dibuat untuk menggenjot kunjungan turis asing ke provinsi tersebut.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jabar Dedi Taufik, di Bandung, Rabu (14/8), mengatakan wisata jalur kereta api untuk turis asing tersebut dikemas dalam kegiatan Smiling West Java Historical Railway Tour yang akan dilaksanakan pada 21-22 Agustus 2019. "Disparbud Jabar ingin mempopulerkan wisata baru. Kegiatan ini juga merupakan rangkaian peringatan HUT ke-74 tahun Provinsi Jabar," kata dia.

Baca Juga

Disparbud Jabar, kata dia, akan menggandeng PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai fasilitator dari wisata tersebut. Ke depannya wisata ini bisa dinikmati masyarakat umum, tak hanya turis asing.

"Ke depannya tentu kami siap buka untuk umum. Karena kami mengincar kunjungan wisata khususnya wisatawan dari Eropa," kata dia.

Menurut Dedi, wisata kereta api untuk turis asing ini bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai sejarah khususnya di bidang perkeretaapian. Sejarah mencatat, perkembangan kereta api di Indonesia tidak lepas dari kolonialisme.

Dia mengatakan pada zaman kolonialisme, kereta api dimanfaatkan sebagai alat transportasi pembangunan infrastruktur dan mobilisasi pejabat pemerintahan Belanda. Hingga saat ini stasiun peninggalan pemerintahan Belanda masih berfungsi.

"Jadi kami ingin peninggalan sejarah ini tidak hanya menjadi edukasi saja tapi juga destinasi wisata ke depannya," ujar dia.

Acara Smilling West Java Historical Railway Tour menjadi cara menggambarkan dan menggali potensi yang bisa dikembangkan dari perkeretaapian. "Khusus jalur kereta api Kota/Kabupaten Bogor, Kota/Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur,” katanya. Sebagai contohnya, kata Dedi, gambaran peninggalan zaman kolonialisme yang masih eksis di antaranya Stasiun Bogor.

Menurut beberapa ahli, Stasiun Bogor terbilang mewah dengan dua tingkat karena diperuntukkan khusus untuk Jenderal Belanda.

"Mayoritas kita hampir tidak mengetahui masa kolonial perang dunia ke-2, ternyata Nazi Jerman masuk ke Jabar. Di antaranya ke kawasan Lido, perbatasan Bogor-Sukabumi dan Cisaat terdapat kuburan tentara bekas Nazi," tuturnya.

Dalam tur ini direncanakan akan melewati terowongan Lampegan dan di sana, pejabat yang akan diundang seperti Gubernur Jabar, Dubes Jerman, Inggris dan Belanda akan disuguhi pemandangan alam yang indah, seperti kebun teh atau kawasan Gunung Padang.

"Adapun tujuan akhir tur ini ialah kami ingin mengungkap bahwa kereta api yang melewati jalur-jalur pedalaman di Jabar memiliki surga-surga yang tersembunyi," kata dia.

Lebih lanjut ia mengatakan saat ini kunjungan turis asing masih didominasi negara-negara Asia seperti Malaysia, Singapura, Jepang, dan China. Berdasarkan data BPS, pada Januari-Februari 2019 wisman ke Jabar mencapai 27.701 orang.

Menurut dia, jumlah tersebut meningkat meningkat 16,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Wisman asal Negeri Jiran mendominasi mencapai 18.636 orang. Selain itu, jumlah itu meningkat dibandingkan periode yang sama pada 2018 yang tercatat 16.724 orang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement