SUMUR BANDUNG, AYOBANDUNG.COM--Di antara banyak taman tematik di Kota Bandung, terdapat salah satunya yang memiliki sejarah panjang.
Letaknya berada mengelilingi Jalan Merdeka, Wastukencana, Aceh dan Perintis Kemerdekaan. Salah satu ikon yang paling dikenal di taman tersebut adalah patung pahlawan nasional asal Jawa Barat, Dewi Sartika.
Taman yang saat ini dikenal sebagai Taman Dewi Sartika tersebut telah muncul sebagai paru-paru Kota Bandung sejak 1885. Kala itu, taman ini dinamai Pieter Sitjhoffpark atau Pieterspark. Nama tersebut diberikan untuk menghormati jasa Pieter Sitjhoff, seorang Asisten Residen Priangan yang dikenal memiliki andil besar bagi pembangunan Kota Bandung.
Ikon yang dikenal di Pieterspark pada zamannya adalah kebun bunga yang luas serta sebuah gazebo bercat putih di tengah taman, yang kerap digunakan sebagai panggung orkestra musik. Hingga saat ini, gazebo tersebut masih eksis dan digunakan warga untuk duduk bersantai.
Seiring berjalannya waktu, lahir julukan lain di kalangan masyarakat setempat untuk menyebut Pieterspark; nama yang lebih ramah dilafalkan masyarakat Sunda. Nama tersebut tak lain adalah Kebon Raja. Salah satu hal yang mendasari pemilihan nama tersebut adalah letaknya yang berada berseberangan dengan Kweekschool atau sekolah guru bagi pribumi yang dulu kerap disebut sebagai Sakola Radja.
Sekolah yang kini menjadi kantor Polrestabes Bandung tersebut dinamai Sakola Radja karena mayoritas muridnya merupakan anak 'raja', kepala negeri atau pemimpin suku baik dari Bandung maupun daerah lainnya. Para murid Kweekschool tersebut juga kerap beristirahat di Kebon Radja.
Barulah pada 1996, nama taman ini berubah menjadi Taman Dewi Sartika, bersamaan dengan penempatan patung wajah pahlawan nasional tersebut di tengah taman tak jauh dari area gazebo. Patung ini diresmikan oleh Wali Kota Bandung (dulu disebut Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bandung), Wahyu Hamijaya.
Sejak awal berdirinya hingga saat ini, taman ini tidak pernah sepi dari pengunjung. Banyak orang dari berbagai kalangan yang memilih untuk bersantai di tempat ini, bahkan jauh sebelum taman-taman tematik hadir di Kota Bandung. Di era 2000-an, sejumlah kegiatan seperti senam bersama dan latihan menari oleh sejumlah komunitas kerap diselenggarakan di sini.
Setelah sebagian wajahnya direnovasi menjadi lebih terbuka bagi publik diiringi dengan penambahan sejumlah fasilitas baru seperti area gembok cinta, kolam air, area bermain anak hingga kebun binatang mini, minat masyarakat untuk mengunjungi tempat ini semakin besar. Jumlah pengunjung taman kerap meningkat di akhir pekan sejak pagi hari.
Ketika Ayobandung.com mengunjungi taman ini pada Sabtu, (16/11/2019) siang, sejumlah keluarga nampak tengah asyik berpiknik di sejumlah titik. Para anaknya berlarian dan menaiki beberapa fasilitas permainan anak seperti jungkat-jungkit dan perosotan.
Di area patung Badak dan air mancur, beberapa kelompok remaja bergerombol melakukan kegiatan masing-masing. Mulai dari mengerjakan tugas kelompok hingga berlatih tarian. Sebagian lainnya asyik bersantai dengan bersandar di bagian bawah patung Dewi Sartika.
Salah satu petugas keamanan yang tengah berjaga, Dede Rukman mengatakan, taman yang beroperasi setiap hari sejak pukul 5 pagi hingga 8 malam ini terbuka untuk dikunjungi masyarakat. Berbagai aktivitas seperti berpiknik pun diperkenankan untuk dilakukan.
"Tapi tidak boleh berpiknik di area rumput dan jangan membuang sampah sembarangan," ungkapnya.
Selain letaknya yang berada satu kawasan dengan Kantor Wali Kota Bandung, posisinya yang berada di tengah-tengah pusat kota dan jalan utama di Kota Bandung ini menjadikan taman Dewi Sartika sebagai salah satu taman bersejarah yang paling ramai disambangi warga setiap saat. Anda yang berniat menaiki bus wisata "Bandros" pun dapat mengaksesnya di taman ini.