Rabu 19 Feb 2020 13:57 WIB

Liburan Anti-Mainstream di Pelabuhan

Pelabuhan Merak dan Bakauheni disulap seolah menjadi galeri yang berisi karya seni.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nora Azizah
Pengunjung berpose mengabadikan mural
Foto: Alkhaledi Kurnialam/Republika
Pengunjung berpose mengabadikan mural

REPUBLIKA.CO.ID, BAKAUHENI -- Melihat beragam karya seni atau aneka mural di museum dan galeri mungkin sudah biasa. Apa jadinya bila karya para seniman dunia justru dipajang di pelabuhan?

Dengan menggandeng para seniman muda dunia, PT ASDP Indonesia Ferry seolah ingin memberikan liburan anti-mainstream bagi masyarakat. Sebab, Terminal Eksekutif Sosoro Merak dan Terminal Eksekutif Anjungan Agung Bakauheni disulap menyerupai galeri atau museum seni.

Baca Juga

Pelabuhan tak hanya menjadi tempat berlabuh kapal tetapi juga memori para pengunjung. Dari sekian banyak karya, bebera di antaranya menarik perhatian, salah satunya, mural karya seniman kenamaan dunia, Wild Drawing.

 

"Mural karya Wild Drawing, dinamakan Facing the Future sekaligus mau ngasih warning (peringatan) akan sampai ke perubahan baik atau tidak. Kalau yang kita lakukan itu baik-baik aja, maka hasilnya akan seperti yang di mural," jelas Ana Rosdianahangka, salah satu kurator H(art)bour Festival di Terminal Eksekutif Anjungan Agung Bakauheni, Lampung, akhir pekan lalu.

Pada mural tersebut dijelaskan, kecerdasan manusia telah berhasil menciptakan sebuah senjata mutakhir yang kita sebut teknologi. Drawing seolah ingin memberikan peringatan, bahwa teknologi bisa memiliki fungsi ganda, yakni bisa menolong manusia atau menghancurkan peradaban.

Ana mengungkapkan, karya Draning tidak sembarang dipilih. Drawing merupakan seniman yang dibesarkan di Bali. Karyanya banyak ditemukan di Asia, Eropa, Amerika Serikat (AS), dan studionya berbasis di Athena, Yunani.

Selain Drawing, H(art)bor Festival juga menampilkan karya dari Slinat. Seniman asal Bali ini menampilkan mural Mirror Memory.

photo
Lukisan 'Ginko Jellyfish Mashroom' karya seniman Ikesh Olopolo yang bisa menyala dalam gelap (source: Alkhaledi Kurnialam/Republika)

Berbalut seni, Slinat tak ingin membuang peranan penting dari Pedagang Kaki Lima (PKL). Dengan ciri khas Slinat, ia melukis karyanya tanpa kuas melainkan dengan rolling paint.

"Slinat berbeda dengan Drawing dari teknis melukisnya. Dia biasa menggunakan roll," jelas Ana.

Selain dua karya milik Drawing dan Slinat, seniman Ikesh Olopolo menyuguhkan Ginko Jellyfish Mashroom yang menarik minat para pengunjung pelabuhan. Pasalnya, karya Olopolo merupakan lukisan glow in the dark atau yang bisa menyala di ruang gelap.

Bahkan, pihak pelabuhan menempatkan karya Olopolo di satu ruangan tersendiri yang kedap cahaya. Pengunjung bisa melihat karya Olopolo lebih lama dan seksama.

Ginko Jellyfish Mushroom menampilkan tiga makhluk hidup purba, yakni ubur-ubur, jamur, dan gloinko biloba. Ketiga makhluk ini dipilih karena dianggap memiliki hubungan langsung dengan memori atau ingatan.

H(art)bor juga menghadirkan karya dari beberapa seniman lain, seperti Lala Bohang, Wulang Sunu, Ruth Marbun, Serrum, Yosia Raduck, dan Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie. Karya-karya para seniman ini bisa dinikmati pengunjung pelabuhan hingga 21 Februari mendatang, khususnya di tempat penyeberangan antar pulau.

Bagaimana, tertarik dengan liburan yang anti mainstream di pelabuhan? H(art)bour Festival mungkin bisa menjadi rekomendasi liburan yang tak biasa bagi keluarga menjelang akhir pekan nanti.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement