Rabu 02 Oct 2013 19:47 WIB

Penggunaan Bulu Binatang di Dunia Fashion Diam-Diam Meningkat

Red:
Binatang yang bulunya dijadikan pakaian
Binatang yang bulunya dijadikan pakaian

LONDON -- Penggunaan bulu binatang di dunia fashion kembali populer. Tanpa disadari sudah jutaan binatang yang dibunuh hanya demi kemewahan pakaian.

Revolusi fashion pernah terjadi di tahun 90-an, saat adanya gerakan anti penggunaan bulu binatang dan siapapun yang memakainya bisa langsung menjadi sasaran.

Di tahun 1994, sejumlah supermodel ternama dunia, seperti Naomi Campbell, Claudia Schiffer dan Elle Macpherson pernah dengan bangganya berpose telanjang untuk PETA atau gerakan pemerhati binatang. Para supermodel itu mengangkat slogan, "lebih baik telanjang dari pada pakai bulu-bulu binatang."

Saat itu juga pembunuhan kejam terhadap binatang-binatang demi kemewahan fashion dianggap sebagai tindakan yang sia-sia.

Perlahan penggunaan bulu-bulu binatang untuk pakaian, jaket, mantel, dan aksesoris kembali muncul tanpa disadari.

Majalah Vogue di Inggris melaporkan adanya penggunaan bulu-bulu binatang saat digelar pagelaran busana untuk musim gugur dan dingin 2013.

Majalah tersebut mengungkapkan hampir 70 persen desainer ternama menggunakan bulu binatang asli.

Lantas dari manakah bulu-bulu binatang ini berasal? Mereka yang pro dengan penggunaan bulu binatang menyatakan bulu-bulu ini didapatkan dari hewan-hewan yang telah dimanfaatkan dagingnya. Tapi klaim ini tidak berdasar.

Perdagangan bulu-bulu binatang di dunia kebanyakan berasal dari bulu musang dan rubah. "80 persen dari industri bulu-bulu binatang berasal dari binatang-binatang yang diternakan di kandang yang sempit, mereka kehilangan kualitas hidupnya dan kemampuan untuk berperilaku sesuai insting alamiahnya," ujar juru bicara Animals Australia.

Sebagian aktivis pembela binatang lainnya menyatakan metode pembunuhan binatang-bintang sangatlah tidak etis. Kebanyakan binatang yang diambil bulunya dibunuh dengan menggunakan listrik dan gas, atau dipukul.

Bahkan di beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Kanada, metode yang digunakan adalah menggunakan perangkap liar yang dianggap keji.

Dalam laporan World Society for the Protection of Animals, 80 persen pasokan bulu binatang asli dipasok di Cina. Cina tidak memiliki peraturan dan undang-undang berkaitan dengan kesejahteraan binatang.

Salah satu tujuan ekspor bulu-bulu binatang dari Cina adalah Australia.

"Kebanyakan bulu-bulu yang digunakan dan pakaian-pakaian murah berasal dari kelinci yang diternakkan di Cina, dimana perlindungan terhadap binatang jarang dilakukan," ujar juru bicara RSPCA, lembaga pemerhati kekejaman terhadap binatang di Australia.

Tapi temuan di lapangan ternyata berbeda.

Profesor Adrian Linacre dari Flinders University di Australia melakukan analisa terhadap DNA asejumlah pakaian berbulu di Australia pada tahun 2012 .

Hasilnya apa yang disebutkan berasal dari bulu kelinci, ternyata mengandung bulu kucing. Di tahun 2011, Humane Society International juga pernah melakukan penelitian yang sama dan hasilnya banyak bulu-bulu yang berasal dari anjing, dan bukan dari kelinci seperti yang disebutkan.

Di lain sisi, industri bulu palsu kini mulai berkembang, seiring dengan permintaan yang bertambah.

Salah satunya adalah Unreal Fur dari Australia yang sengaja memproduksi pakaian dari bulu-bulu palsu. Mereka melihat adanya permintaan tinggi dari mereka yang senang menggunakan bulu-bulu, tetapi mulai sadar akan kesejahteraan binatang.

"Unreal Fur didirikan karena kecintaan terhadap binatang, sekaligus frustasi dengan kekejaman terhadap binatang yang kita gunakan," ujar Gilat Shani, desainer dari Unreal Fur. "

Tetapi sayangnya merk-merk fashion ternama dunia masih juga menggunakan bulu binatang asli pada produknya.

Menurut Mark Oaten, CEO dari International Fur Trade Federation, merk ternama seperti Fendi, Marc Jacobs, Mulberry and Gucci masih mengedepankan penggunaan bulu karena dianggap lebih memiliki gaya. Akibatnya, penjualan bulu secara global telah meningkat 70 persen dalam satu dekade terakhir. Jumlahnya mencapai 15 triliun rupiah.

Penggunaan bulu-bulu binatang telah meningkat, tetapi meninggalkan pertanyaan, kemanakah kini para supermodel yang pernah berjanji untuk tidak lagi menggunakan bulu binatang?

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement