REPUBLIKA.CO.ID, Dalam hidup, utang sulit dihindari. Untuk membeli rumah, membeli kendaraan bahkan untuk membeli gadget saja terkadang harus berutang.
Utang sebenarnya dibagi menjadi dua, ada utang produktif dan utang konsumtif. Apa sih yang dimaksud keduanya?
Perencana keuangan independen dari Tatadana Consulting, Aprida CFP, mengatakan perbandingan antara uutang dengan aset atau kekayaan yang dimiliki idealnya kurang dari 50 persen. Itupun katanya perlu dilihat lagi, apakah komposisinya lebih banyak utang produktif atau justru konsumtif?
Sebelum membahas lebih lanjut maka terlebih dahulu Anda harus bisa membedakan utang produktif atau konsumtif. Gampangnya jika Anda membeli suatu barang atau jasa yang nilai dan manfaatnya terasa sangat besar, kemudian nilai dari barang atau jasa tersebut bisa bertambah atau menciptakan nilai tambah dikemudian hari maka itu adalah utang produktif. Contohnya membeli rumah dengan kredit pemilikan rumah (KPR).
Namun jika membeli sesuatu hanya untuk memenuhi keinginan dan bukan kebutuhan, apalagi demi menunjang gaya hidup, dan dengan utang tersebut tidak ada nilai tambahnya sama sekali bahkan cenderung membebani keuangan kita di masa depan, maka dapat dipastikan itu adalah jenis utang konsumtif yang harus dihindari.
Jika yang Anda miliki adalah utang produktif dengan porsi perbandingan utang dengan kekayaan sedikit di atas 50 persen, apalagi bila usia masih muda dan produktif, Aprida justru mengatakan utang bisa mendorong Anda lebih rajin bekerja. Tujuannya supaya bisa segera melunasi utangnya.
Sebaliknya, walau Anda masih muda namun mudah sekali stres, maka ia menyarankan mengurangi porsi utang produktif. "Porsi utang produktif berbanding dengan kekayaan harus di bawah 50 persen," katanya, Rabu (21/1).
Nah, jika yang Anda miliki ternyata utang konsumtif ini yang harus diwaspadai. “Saya menyarankan untuk Anda segera dalam melunasi utang konsumtif ini,” sarannya.