REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA—Jogja Fashion Week (JFW) kembali dilaksanakan pada 26-30 Agustus mendatang di Jogja Expo Center (JEC). Pelaksanaan tahun ini sudah memasuki satu dasawarsa.
Eksplorasi kain Nusantara dan kekayaan busana daerah menjadi sumber inspirasi utama JFW,” ujar Ketua Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Ria Mustofa, Sabtu (21/2).
Ia mengatakan, visi dari penyelenggaraan JFW, yaitu mengangkat kekayaan lokal di seluruh pelosok Indonesia. Kekayaan lokal tersebut berupa budaya, tradisi, dan adat-istiadat serta banyaknya baju adat yang dimiliki oleh setiap daerah.
Kekayaan busana daerah tersebut dalam JFW 2015 akan dikemas lebih modern dan urban sehingga bisa diterima oleh industri fesyen baik tingkat nasional maupun internasional. Harapannya, bisa menjadi bisnis yang berskala dunia.
Ria menambahkan, JFW 2015 juga tidak hanya bertujuan sebagai sebuah tontonan fashion show. Akan tetapi, JFW 2015 juga mengarah kepada promosi bagi pelaku industri fesyen baik produsen maupun pembeli.
JFW yang merupakan even tahunan tersebut, lanjut Ria, secara spesifik ikut mendorong industri fesyen di Yogyakarta baik dari skala home industry maupun non home industry.
Sehingga, hal ini menjadi pintu gerbang bagi industri fesyen Yogyakarta untuk bergerak ke industri tingkat nasional maupun internasional.
Keberadaan JFW, kata Ria, juga ikut mempengaruhi terhadap perkembangan fesyen di Yogyakarta. Terutama terhadap peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM).
Disamping itu, JFW juga membuat kiprah dari para desainer juga terus meningkat. Karena itu, setiap tahunnya peserta JFW juga mengalami peningkatan.
Sementara itu, Ketua Harian JFW 2015, Afif Syukur menambahkan, Yogyakarta merupakan Indonesia mini. Pasalnya, semua suku dan ras di Indonesia hidup di kota pelajar ini.
Dengan begitu, JFW sangat potensial dalam mengangkat karya fesyen lokal Yogyakarta ke tingkat nasional maupun internasional.