REPUBLIKA.CO.ID, Batik sejak dulu bukan diminati masyarakat Indonesia saja. Sudah lama beberapa orang asing benar-benar terpikat batik. Seperti dua bule asal Jerman, Rudolf G Smend dan Brigitte Willach. Dua bule asal Jerman ini merupakan kolektor batik yang sangat mengapresiasi warisan budaya yang Indonesia.
Belum lama ini keduanya membuka pagelaran pameran batik yang bekerjasama dengan pihak Museum Tekstil. Sejak pekan lalu hingga 28 Juni mendatang koleksi keduanya dipamerkan dalam rangkaian koleksi batik dari pesisir utara Jawa.
Batik dari daerah ini memang dikenal memiliki ragam hias yang bersifat naturalistik namun dipengaruhi berbagai budaya dari negara luar seperti Cina, Eropa, India. Kain batiknya juga dihiasi aneka warna yang menawan sebagai ciri khasnya.
Pesisir utara Jawa memang merupakan daerah yang ramai dikunjungi sebagai persinggahan para pendatang yang ingin berdagang. Daerah ini meliputi Cirebon, Indramayu, Pekalongan, Batang, Tegal, Lasem, Rembang, Demak, dan Kudus. Sementara para pendatang melaut dari Cina, Eropa, Arab, dan Persia. Percampuran itulah yang menghasilkan ragam hias wastra batik khas pesisir utara.
Tak hanya itu, batik dari Lasem tidak hanya digemari dari daerah Jawa. Penggemarnya hingga menembus pasar Sumatera, Malaka, hingga Suriname. Warna yang dipilih untuk menghiasi batik ini dominan dengan sentuhan cokelat, biru, hitam, dan putih. Keunggulan batik asal pesisir utara juga terletak pada kualitasnya yang jawara atau prima. Hal ini dipengaruhi oleh pengerjaannya dilakukan oleh tangan-tangan wanita yang halus.
Selain itu, seperti yang dituturkan oleh Dyah Damayanti, MM selaku Kepala Unit Pengelola Museum Seni Rupa bahwa Rudolf dan Brigitte tidak hanya mencintai batik, mereka juga membina dan memberdayakan pengrajin batik lokal.