REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setidaknya ada 11 rahasia yang membuat novel “Ayat-Ayat Cinta” (AAC) sukses dan menjadikan penulisnya, Habiburrahman El-Shirazy, sebagai miliarder. Pertama, orisinalitas. Kedua, detil yang menggoda.
Contoh detil tersebut adalah suasana belanja di Kairo. Misalnya toko buku Dar El-Salam, di Khan Khalili. ‘’Setelah itu aku ke toko buku Dar El-Salam yang berada di sebelah barat kampus, tepat di samping Khan Khalili yang sangat terkenal itu. Untuk melihat buku-buku terbaru. Dar El-Salam adalah tempat yang paling tepat dan nyaman….’’ (hlm 86)
Belanja keperluan dapur di Attaba. ‘’Aku pulang lewat Attaba. Aku teringat jadwal belanja. Kusempatkan mampir di pasar rakyat Attaba. Dua kilo tempelo ayam, satu kilo kibdah (hati) dan dua kilo suguq (semacam sausage, bentuknya bundar memanjang) kukira cukup untuk lauk beberapa hari.’’ (hlm 87)
‘’Attaba adalah pasar rakyat terbesar di Mesir. Semua ada. Harganya pun relative lebih murah dibandingkan tempat yang lain. Meskipun begitu, seni menawar dan bergurau tetap penting untuk memperoleh harga miring.’’ (hlm 108)
Orang Mesir senang humor. ‘’Orang Mesir paling suka dengan lelucon dan guyonan. Teater rakyat di Mesir sampai sekarang masih eksis, penontonnya selalu penuh melebihi gedung bioskop. Itu karena sandiwara humornya.’’ (hlm 109)
Menu makanan di restaurant mewah di pinggir sungai Nil, bernama Cleopatra Restaurant. Fahri memesan menu special. ‘’Minumnya Seasonal Fresh Fruits. Makannya Chicken Mugharabieh with Valanciane Rice dan menu penutupnya minta Pineapple Gateau,’’ kataku mantap. (hlm 130)
Kawasan-kawasan elite di Cairo, lengkap dengan alasan-alasannya. Hal itu bisa kita baca, misalnya di halaman 37:
‘’METRO sampai di Maadi, sebuah kawasan elite di Cairo setelah Heliopolis, Dokki, El-Zamalek dan Mohandesen. Sebagian orang malah mengatakan Maadi adalah kawasan paling elite."
Ia melanjutkan, "Dokki terkenal sebagai tempatnya para diplomat tinggal. Mohandesen tempatnya para pengusaha dan selebritis. Sedangkan Maadi mungkin adalah kawasan yang paling teratur tata kotanya. Tinggal di Maadi memiliki prestise tinggi. Prestise-nya seumpama tinggal di Paris dibandingkan dengan tinggal di kota-kota besar lainnya di Eropa.’’