REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setidaknya ada 11 rahasia mengapa novel “Ayat-Ayat Cinta” (AAC) yang ditulis oleh Habiburrahman El-Shirazy dan diterbitkan oleh Republika Penerbit sejak lebih 10 tahun silam menjadi salah satu buku terlaris.Hingga kini novel yang ditulis oleh alumnus Al-Azhar University Kairo, Mesir itu masih terus diburu orang.
Kunci sukses pertama novel AAC adalah orisinalitas. Kedua, detil yang menggoda. Ketiga, konflik yang kuat. Keempat, unsur jenaka yang menghibur. Kelima, penuh kejutan.
Kunci sukses keenam novel AAC adalah pada penyelesaian yang diberikan oleh penulis. Sebuah novel yang baik harus mempunyai konflik yang kuat. Namun tidak cukup hanya sampai di sana. Tidak kalah pentingnya adalah bagaimana penulis memberikan penyelesaian yang baik terhadap konflik tersebut.
Kalau kita membaca AAC niscaya kita akan menjumpai penyelesaian yang menarik, mendebarkan, melegakan, dan adil. Misalnya, Fahri akhirnya menikahi Maria, sehingga memenuhi harapan Maria maupun orang tuanya. Namun kemudian Maria akhirnya meninggal dunia, sehingga terasa adil buat Aisha yang telah mengizinkan suaminya menikahi Maria yang tengah sakit keras.
Maria meninggal dunia setelah terlebih dahulu mengalami pengalaman spiritual yang luar biasa dalam alam bawah sadarnya. Sesaat sebelum meninggal, ia mengucapkan kalimat syahadat, sehingga kematiannya husnul khatimah. Ini akhir yang baik sekaligus adil buat Aisha.
‘’Dia (Maria) menatapku dengan sorot mata bercahaya. Bibirnya tersenyum lebih indah dari biasanya. Lalu dengan suara lirih yang keluar dari relung jiwa ia berkata, Asyhadu an laa ilaaha illallah, Wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh.’’ (hlm 402)
Nurul, yang mengejar cinta Fahri ketika keadaan sudah terlambat, akhirnya mendapatkan jodoh yang pantas, seorang lelaki yang sangat baik dan bahkan sangat dihormati oleh Fahri, bernama Mas Khalid.
Tim pembela Fahri, dibantu seorang pejabat di Badan Keamanan Negara berhasil mendapatkan salinan dan rekaman pembicaraan Noura temannya yang bernama Khadija yang menjelaskan tentang kebejatan orang tua angkat Noura bernama Bahadur. Lelaki tidak bermoral itulah yang sebenarnya telah memperkosa Noura di malam jahannam itu.
Maria pun memberikan kesaksian bahwa pada malam itu Noura berada bersamanya dan sama sekali tak pernah pergi ke kamar Fahri. Seorang lelaki yang memberikan kesaksian palsu pun akhirnya menarik kembali kesaksiannya. Akhirnya, setelah adanya kesaksian dan bukti-bukti tak terbantahkan, Noura pun mengaku bahwa yang memperkosanya adalah Bahadur, bukan Fahri. Fahri adalah lelaki yang baik dan bersih.
Fahri dibebaskan dari segala tuduhan dan dikeluarkan dari penjara. ‘’Selamanya kebenaran akan menang. Jika tidak di pengadilan dunia maka kelak di pengadilan akhirat. Selamanya rekayasa manusia tiada artinya apa-apa disbanding kekuasaan Tuhan.’’ (hlm 387)