Kamis 25 Jun 2015 07:30 WIB

11 Rahasia Sukses Novel “Ayat-Ayat Cinta”, Menjadi Pioner

Habiburrahman El Shirazy melayani penggemarnya.
Habiburrahman El Shirazy melayani penggemarnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Novelis Habiburrahman El-Shirazy kembali hadir menyapa pembaca setia Harian Republika melalui cerita bersambung berjudul “Ayat-Ayat Cinta 2”. Cerita bersambung ini merupakan  sekuel (lanjutan) novel “Ayat-Ayat Cinta” yang diterbitkan oleh Republika Penerbit.

Novel  yang ditulis oleh alumnus Al-Azhar University Kairo, Mesir itu menggebrak perhatian khalayak dan sudah lebih 10 tahun  masih bertengger sebagai salah satu novel Indonesia terlaris. Apa sebetulnya rahasia sukses novel “Ayat-Ayat Cinta”? Setidaknya ada 11 rahasia yang membuat novel “Ayat-Ayat Cinta” sukses dan menjadikan penulisnya seorang miliarder.

Kunci sukses pertama novel AAC adalah orisinalitas. Kedua, detil yang menggoda. Ketiga, konflik yang kuat. Keempat, unsur jenaka yang menghibur.  Kelima, penuh kejutan. Keenam, penyelesaian yang melegakan. Ketujuh, sarat pesan mencerahkan. Kedelapan, menembus batas.Kesembilan,

Kunci sukses kesembilan novel AAC  adalah menjadi pioner (orang pertama). Salah satu kunci sukses dalam bidang apa pun, termasuk dalam penulisan novel, adalah menjadi pioner (orang pertama). Penyebutan Habiburrahman El-Shirazy sebagai novelis lulusan Al-Azhar University Cairo di bagian atas cover novel AAC, dari segi marketing mempunyai nilai jual yang sangat tinggi.

''Lulusan Al-Azhar,  -- universitas Islam tertua di dunia, yang selama ribuan tahun mencetak ulama-ulama dan intelektual Islam terkemuka -- pastilah bukan orang sembarangan. Kalau dia menulis novel, apalagi novel cinta dalam bingkai Islam, akan sangat menarik. Mungkin sama menariknya dengan Buya HAMKA, seorang ulama yang pada akhir tahun 1930-an menulis roman yang sangat menggemparkan dan merupakan karya masterpiece berjudul Tenggelamnya Kapal Van der Wijck.’’

Begitu pula nama ''El-Shirazy'' di belakang nama Habiburrahman, menambah bobot nilai jual. Sebab, umumnya kaum Muslimin Indonesia gampang terpesona oleh buku-buku Islam (termasuk fiksi) bila ditulis oleh orang-orang Timur Tengah, atau namanya berbau kearab-araban.

Namun, yang harus diingat bila ingin menjadi penulis top, janganlah menjadi pengekor. Brand 'novelis lulusan Al-Azhar University Cairo', nama berbau Arab seperti El-Shirazy, serta judul novel percintaan yang dikaitkan dengan idiom-idiom Islam, seperti Ayat-ayat, Mihrab, Sajadah, Tasbih dan sebagainya biarlah menjadi milik Habiburrahman.

Kalau Anda ingin menjadi penulis novel yang sukses, Anda harus menjadi diri Anda sendiri, Anda harus membangun 'maqam' Anda sendiri. Janganlah menjadi pengekor. Sebab, setinggi-tingginya prestasi pengekor hanya akan menjadi nomor dua, tak akan pernah menjadi nomor satu!

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement