REPUBLIKA.CO.ID, Kedutaan Besar Australia di Indonesia menghibahkan batik Pekalongan Aborigin Yirkalla ke Museum Tekstil Jakarta. Hibah ini merupakan bagian dari perayaan Pekan NAIDOC (National Aboriginal and Islanders’ Day Observance Committee atau Komite Hari Peringatan Aborigin dan Penduduk Kepulauan) Australia.
Batik Yirrkala yang dihibahkan ke Museum Tekstil Jakarta di Petamburan Jakarta Barat merupakan satu dari 15 helai kain batik yang dibuat oleh pengrajin batik di Pekalongan, Jawa Tengah. Kain batik Yirrkala ini merupakan bagian dari proyek kemitraan antara Pusat kebudayaan Yirrkala di Bumi Arnheim Timur Laut dan bisnis pembuatan batik tradisional di Pekalongan, yang disponsori oleh Program Seni dan Budaya Kedutaan Besar Australia di Jakarta.
Proyek Batik Yirrkala ini selesai dikerjakan pada bulan Oktober 2014 lalu dan dipamerkan dalam ajang 'Indonesia Fashion Week' yang baru saja dilangsungkan di Jakarta akhir Februari lalu.
Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson pada acara penyerahan batik ini di Museum Tekstil Jakarta berharap hibah batik ini dapat memperdalam hubungan antarwarga Australia-Indonesia. Serta dapat memupuk pemahaman yang lebih baik mengenai penduduk dan kebudayaan Aborigin dan Kepulauan Selat Torres.
“Kain batik yang kami serahkan hari ini merupakan salah satu karya seni yang paling bagus yang saya lihat selama ditugaskan di Indonesia, dan saya dengan senang dan bangga menyerahkan batik ini kepada Museum tekstil,” kata Duta Besar, Paul Grigson.
“Ini merupakan bukti kerjasama yang sangat bagus antara Indonesia dan Australia dalam arti modern. Karena ini merupakan sesuatu yang baru sekaligus artistik, tapi di sisi lain juga memiliki makna pertalian sejarah antara masyarakat di North East Arnheim Land dengan masyarakat di Makasar,” tambah Paul Grigson.
Kain batik Yirrkala dibuat dari lukisan kulit pohon 'bark' yang digambar oleh seniman Aborij=gin, Ronald Nawurapu Wununmurra (63), yang turut hadir dalam acara penyerahan batik ini di Museum Tekstil Jakarta.
Menurut Nawurapu, pola di batik Yirrkala terinspirasi dari sebuah lagu Yolngu yang bercerita mengenai kisah pelaut Makassar yang selalu berkunjung ke kampungnya, di Arnheim Land, di Wilayah Utara Australia. Beberapa artefak menunjukkan kalau sebelum kedatangan Belanda dan Inggris di Indonesia dan sebelum kedatangan Inggris di Australia, ternyata sudah ada sejarah panjang antara warga Aborigin Australia dengan pedagang asal Makassar, Sulawesi Selatan.
Di dalam lagu yang melatarbelakangi lukisan Nawurapu itu menyebutkan tentang batu, uang, pisau, rokok yang menunjukkan bahwa orang-orang Aborigin pernah melakukan hubungan dagang dengan orang-orang dari Makassar. Motif segitiga dilukisan Nawurapu itu menurutnya melambangkan perahu merah yang digunakan pedagang asal Makassar ketika mengunjungi daratan Arnheim Land.
“Saya sangat senang bertemu warga Indonesia yang datang melihat batik saya dan ini batik yang sangat bagus. Saya membuat lukisan itu selama dua minggu, tapi mereka membuat batik ini selama 6 bulan, saya sangat senang karya saya dibuat dengan sangat teliti,” kata Nawurapu.
Sementara itu Kepala Museum Seni yang membawahi Museum Tekstil Indonesia, Museum Layang-layang dan Museum Keramik, Diah Damayanti mengaku sangat gembira menerima hibah ini. Diah Damayanti mengatakan batik Yirrkala akan memperbanyak koleksi kain mereka yang kini berjumlah sekitar 2.350 helai kain dari berbagai nusantara.
Menurut Damayanti, sebelumnya museum tekstil juga pernah melakukan kerjasama kolaborasi batik dengan seniman luar negeri diantaranya seniman Jerman dengan pembuat batik asal Jogja, seniman Jepang dan juga Rusia.
Kedutaan Besar Australia di Indonesia mengaku sedang mempertimbangkan untuk membuat lagi proyek kolaborasi seniman Australia dengan pembuat batik dari Indonesia semacam ini.