REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota Surabaya akan menggelar ajang Cross Culture Festival (CCF) ke-11 pada 2 hingga 7 Agustus 2015. Berbagai kesenian dari Indonesia akan ditampilkan dalam hajatan tahunan tersebut.
Dari Surabaya, dua tarian akan ditampilkan dalam format kolosal, yakni Tari Remo yang merupakan kesenian asli Surabaya, serta Tari Yosokoi dari Jepang.
Kepala Seksi Seni dan Budaya Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Surabaya Herry Purwanto menyampaikan, Tari Remo akan dibawakan 430 penari sementara Tari Yosokoi akan dibawakan 1.000 penari.
“Agenda hari pertama dibuka oleh Tari Remo dari 43 sanggar di Kota Surabaya, dengan jumlah peserta sebanyak 430 orang yang terdiri dari anak usia 5 tahun hingga 16 tahun. Disambung hari kedua yaitu Tari Yosakoi yang diikuti 40 grup dan terdiri dari sekitar 1.000 orang berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur,” ujar Herry, Kamis (30/7).
Tahun ini CCF mengangkat tema “Rasakan Keindahan Ragam Seni dan Budaya Sebagai Warisan Budaya Dunia”. Ajang tersebut akan digelar di dua lokasi, yaitu di Komplek Gedung Balai pemuda dan G-Walk Citra Raya Surabaya.
Selain tarian, menurut Herry, kegiatan tersebut juga diisi penampilan musik dan seminar. Para penampil, berasal dari sejumlah kota diantaranya Yogjakarta, Makassar, Balikpapan dan Banjarmasin. Sementara dari luar negeri akan hadir delegasi Korea Selatan, Cina dan India.
Herry menginformasikan, rangkaian acara diawali dengan festival Tari Remo pada Ahad (2/8) pukul 07.00, bertempat di sisi barat komplek Gedung Balai Pemuda, dan dilanjut Festival Tari Yosakoi pada pukul 10.00 di lokasi yang sama. Puncak acara akan digelar pada Kamis (6/8), yang dijadwalkan dihadiri langsung Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Pada Jumat (7/8) pagi, ia melanjutkan, digelar seminar tentang tari dan musik untuk para pelajar dari tingkat sekolah dasar, hingga mahasiswa di Galeri Museum Surabaya Jalan Tunjungan. Sementara pada pada pukul 07.00 WIB akan ada pertunjukan kesenian dari Busan, Korea Selatan dan Guangzhou, Cina di G-Walk Citra Raya Surabaya.
“saya rasa masyarakat Kota Surabaya dan sekitarnya wajib hadir untuk menyaksikan acara tahunan ini. Selain turut mengapresiasi para pelaku seni, masyarakat juga secara tak langsung turut melestarikan budaya bangsa. Ditambah acara ini juga tidak dipungut biaya, alias gratis,” kata Herry.