REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Yayasan SATUNAMA bekerjasama dengan Java Poetry 'Rumahnya Budaya Jawa', menyelenggarakan pameran foto yang mengangkat budaya, anak dan perempuan Asmat.
Kegiatan ini diselenggarakan mulai Rabu (12/8) hingga Selasa (18/8) di Java Poetry 'Rumahnya Budaya Jawa' Sagan Yogyakarta.
"Pameran ini adalah pameran kedua. Sebelumnya pameran digelar di Balai Sujadmoko Solo Juni lalu," kata Koordinator Pameran kata Asep Nanda Paramayana dalam rilisnya yang dikirim ke Republika, Rabu (12/8).
Dia mengatakan Pameran Foto bertajuk Mengeja Asmat: Budaya, Perempuan, dan Anak ini adalah hasil dari reportase keseharian lima aktivis yang bergerak di pedalaman salah satu wilayah Papua (Asmat). Mereka adalah Maria Sucianingsih, Asep Nanda Paramayana, Peter P. Sarkol, Vallens Aji Sayekti, dan Ronaldus Mbrak.
"Mereka datang untuk belajar tentang hidup dan kehidupan, menyatu bersahabat dengan alam di Asmat. Maria dan Asep, datang dari hiruk pikuk teknologi dan berada dalam kungkungan kapitalis, menuju orisinalitas serta kebersahajaan warga setempat," ungkap dia.
Foto-foto yang dipamerkan adalah bidikan dari keunikan setiap wilayah yang tersebar sudut-sudut Asmat. "Papua membukakan mata kita bahwa masih ada yang belum beres dengan bangsa ini. Papua menjadi cermin nyata bahwa masyarakat masih dibiarkan sendiri berjuang mendapatkan posisi tawar," ujarnya .
Adapun pameran ini bertujuan untuk merefleksikan kehidupan orang Asmat ditengah perkembangan bangsa Indonesia, menyuarukan suara perempuan Asmat di khalayak umum, dan penggalangan dana untuk mendukung masyarakat Asmat khususnya LGM (Local Genius Mainstreamer), kegiatan-kegiatan perempuan dan anak (hasil penjulan buku dokumentasi Asmat).
Orang Asmat ini, kata dia menambahkan, menjadi salah satu jendela untuk membuka mata bersama bahwa masih ada saudara kita hidup dengan ‘keunikannya’ dan negara belum sungguh-sungguh hadir.
Lebih lanjut Nanda mengatakan sebagai kabupaten yang baru lahir pada tahun 2003, Asmat menghadapi tantangan tambahan untuk mengatur sistem pemerintahan lokal dan infrastruktur untuk menyediakan layanan berkualitas kepada masyarakat, termasuk masyarakat asli Asmat.
Di Asmat, perjuangan perempuan masih semakin panjang, kasus kematian ibu dan anak termasuk kategori darurat. Akses kesehatan, pendidikan bahkan pangan masih jauh dari yang namanya baik, ungkap Nanda.
Perhelatan kali ini akan dimeriahkan dengan beberapa tampilan seni tradisional Asmat, Pementasan Kesenian tradisional dari Kelompok Anak Kali Code, Kesenian tradisional dari kelompok Kadilajo.