REPUBLIKA.CO.ID, Survei gelombang kedua terhadap masa pensiun telah dilakukan di Asia Timur termasuk Indonesia. Hasil survei menyebutkan, hampir semuanya memiliki kesamaan dalam dua hal penting.
"Mereka khawatir akan masa pensiunnya, namun mereka juga sangat ingin untuk memperbaikinya," ujar Richard Jackson, Pendiri dan Pemimpin Global Aging Institute (GAI), ditemui di Universitas Indonesia Salemba, Jakarta, Rabu (2/9).
Hasil survei menyatakan 45 persen masyarakat masih mengharapkan jaminan dan perlindungan dari pemerintah, 25 persen mengharapkan datang dari sektor perusahaan swasta, 18 persen telah menyiapkan dana pensiun sendiri dengan cara membuka tabungan pribadi, dan 11 persen sudah sadar pentingnya persiapan masa pensiun oleh anak yang sudah dewasa dan anggota keluarga lainnya.
Perubahan yang terjadi saat ini, pekerja dewasa lebih makmur dan berorientasi dibandingkan orangtua mereka. Sehingga, ketika mereka memasuki usia atau masa pensiun mereka telah siap. Semua ini dipacu oleh alasan yang kuat atas kekhawatiran mereka untuk mendapatkan perlindungan setelah mereka pensiun.
Sebagian besar negara memang mulai meningkatkan sistem perlindungan atau jaminan bagi para pensiun, akan tetapi hanya dapat menggantikan sebagian kecil dari pendapatan pra-pensiun. Belum lagi bila ditambah dengan kebanyakan pekerja tidak memiliki simpanan pribadi yang cukup.
"Pangsa pekerja yang saat ini khawatir menjadi miskin dan butuh uang ketika pensiun nanti, Cina dan Vietnam," ujar Richard.
Skala kekhawatiran tersebut, Cina 20 persen dan Vietnam 95 persen. Begitu pun dengan negara-negara lain juga merasakan kekhawatiran yang sama. Akan tetapi, kesadaran masyarakat akan masa pensiun mereka mulai terlihat meskipun masih beragam pendapat tentang siapa pihak yang paling bertanggung jawab dalam menyediakan pemasukan pendapatan bagi mereka saat pensiun nanti.