Jumat 08 Jan 2016 13:15 WIB

Penelitian 75 Tahun Ungkap Tiga Rahasia Kebahagiaan

Rep: Adysha Citra R/ Red: Indira Rezkisari
Senyum meluncurkan sesuatu hormon yang disebut endorphins, yang lebih dikenal sebagai hormon kebahagiaan.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Senyum meluncurkan sesuatu hormon yang disebut endorphins, yang lebih dikenal sebagai hormon kebahagiaan.

REPUBLIKA.CO.ID, Kebahagiaan merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup. Di saat yang sama, kebahagiaan juga merupakan salah satu hal yang cukup sulit diraih. Mempelajari kebahagiaan untuk mencari kunci utama di balik kebahagiaan itu sendiri ternyata bukan perkara mudah.

Psikiater Harvard University, Robert Waldinger, membutuhkan waktu 75 tahun untuk mengungkap apa rahasia di balik kebahagiaan yang hakiki. Rasa penasaran Waldinger kemudian mendorongnya untuk melakukan penelitian besar yang dimulai sejak 1938 lalu.

Dalam penelitian ini, pria yang menjabat sebagai direktur di Harvard Study of Adult Development ini melibatkan dua kelompok pria di mana kelompok pertama merupakan 268 mahasiswa Harvard tingkat dua kala itu, dan kelompok kedua merupakan 456 anak laki-laki berusia 12-16 tahun yang tinggal di Boston.

Bersama dengan timnya, Waldinger mengamati kehidupan seluruh peserta penelitian tersebut setiap dua tahun sekali, dan mengamati kesehatan fisik para peserta penelitian setiap lima tahun sekali. Beberapa hal yang dinilai dalam pengamatan kehidupan para pria tersebut di antaranya mengenai kualitas pernikahan, pekerjaan hingga aktivitas sosial. Seadngkan pengamatan kesehatan fisik yang dilakukan meliputi pemeriksaan X-ray, tes darah, tes urin hingga echocardiograms.

Dari penelitian-penelitian tersebut, Waldinger menemukan ada tiga poin utama yang menentukan kebahagiaan dalam hidup seseorang. Salah satu faktor utama penyebab kebahagiaan ialah jalinan hubungan yang dekat dengan ornag lain. Para peserta peneliti menunjukkan bahwa mereka lebih bahagia dan lebih sehat ketika memiliki hubungan yang dekat dengan keluarga, teman atau komunitas mereka.

Sedangkan para peserta yang kurang memilii kedekatan dengan orang lain cenderung merasa kurang bahagia. Hal ini ternyata juga berpengaruh pada kesehatan mental dan fisik dari peserta yang bersangkutan.

Selain itu, Waldinger juga mengatakan kualias dalam suatu hubungan memegang peranan penting dalam menciptakan kebahagiaan yang murni. Pasalnya, seseorang yang menjalin hubungan atau terlibat dalam ikatan pernikahan tetapi tidak saling menunjukkan kasih sayang yang baik, kedua pasangan tersebut akan merasa tidak begitu bahagia jika dibandingkan dengan mereka yang tidak menjalin ikatan.

Rahasia terakhir dalam meraih sebuah kebahagiaan menurut penelitian tersebut ialah pernikahan yang stabil dan saling mendukung. Penelitian menunjukkan bahwa pasangan yang menikah tanpa bercerai, berpisah atau memiliki permasalahan serius hingga usia 50 tahun memiliki memiliki kondisi yang lebih baik.

"Dalam penelitian selama 75 tahun ini, penelitian kami menunjukkan bahwa orang-orang yang menunjukkan perkembangan terbaik ialah mereka yang menjalin hubungan baik dengan keluarga, teman, komunitas," ungkap Waldinger dalam pidato TED-nya, dikutip dari Independent, Jumat (8/1).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement