REPUBLIKA.CO.ID, Setelah makanan dan pariwisata halal, desainer Thailand mulai merambah sektor besar ekonomi Islam lainnya. Yaitu, bidang mode Muslim.
Menurut Thailand Textile Institute (THTI), produksi busana Muslim sebenarnya bukan hal baru bagi Thailand. Ada lebih dari 200 kelompok pembuat pakaian Muslim dengan lebih dari 100 ribu anggota yang mayoritas berada di bagian selatan, termasuk para pembuat batik dan kaffiyeh. Para desainer kini fokus menyasar pasar konsumen kaya dari negara-negara Kawasan Teluk (GCC), demikian dilansir Gulftimes, akhir pekan lalu.
Peran desainer itu mengombinasikan gaya tradisional Asia dengan busana Muslim seperti pemilihan bahan untuk abaya yang dihiasi sulaman. Mayoritas warna baju merupakan warna gelap seperti hitam dan biru dongker.
Salah satu butik busana Muslim yang berbasis di Bangkok, Tube Gallery, bahkan sudah menerima pesanan dari Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, Kuwait dan Arabia Saudi. Begitu pula Tango yang sudah membuka cabang butik di Hili Mall di Al Ain, Uni Emirat Arab.
''Produk-produk sebenarnya juga ditujukan untuk pasar Muslim Asia Tenggara seperti Malaysia dan Indonesia,'' kata Direktur Eksekutif THTI Suttinee Poopaka.
Dari potensi bisnis, pasar mode Muslim laik dirambah. Pada 2014, belanja di sektor mode Muslim menurut laporan States of Global Islamic Report 2015 mencapai 230 miliar dolar AS atau 11 persen dari pasar mode global. Nilai ini akan naik menjadi 327 miliar dolar AS pada 2020.
Merek-merek ritel global seperti Mango, Zara, DKNY, Tommy Hilfiger dan Uniqlo juga sudah menjajaki pasar ini dengan menawarkan koleksi busana Muslim saat Ramadhan mengingat bulan itu adalah masa puncak di pasar konsumsi Muslim. Bahkan merek busana kenamaan asal Swedia, H&M, sudah menampilkan model berhijab pada iklan mereka tahun lalu.
(baca juga: Poppy Darsono Harap IFW 2016 Jawab Tantangan Mode Tanah Air)