REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah riset yang dilakukan oleh lembaga riset Kadence Internasional Indonesia pada 2015 menemukan data bahwa 28 persen orang Indonesia memiliki kebiasaan gaya hidup konsumtif yang tidak sehat. Artinya, pengeluaran mereka lebih besar daripada penghasilannya.
“Bahkan kelompok masyarakat dengan pendapatan lebih rendah cenderung lebih konsumtif daripada kelompok masyarakat dengan pendapatan lebih tinggi,” ungkap Direktur Retail Banking PermataBank, Bianto Surodjo Rabu (3/2).
Dalam kondisi pertumbuhan ekonomi yang tidak kondusif seperti sekarang, dia mengatakan perlu kiat-kiat yang efektif agar kualitas gaya hidup tetap terjaga. “Bukan berarti kita harus menjadi super pelita atau super irit hingga pada akhirnya membuat kita tidak bisa lagi menikmati hidup.
Yang harus kita lakukan adalah lebih bijak dalam membuat keputusan bertransaksi, agar uang hasil usaha dan keringat kita tidak terbuang sia-sia,” ujarnya.
Menurut dia, hal ini juga sejalan dengan hasil riset yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) belum lama ini yang mengungkapkan bahwa lebih dari 75 persen masyarakat Indonesia memiliki tingkat literasi yang rendah terhadap produk finansial dan keuangan. Karena itu, pihak PermataBank ingin mengajak masyarakat bergaya hidup frugalisme.
Ini adalah gaya hidup hemat dengan konsep berfikir untuk memenuhi kebutuhan dan menahan keinginan. Pola berpikir bahwa kebahagiaan bukan berasal dari banyaknya materi yang di konsumsi, maupun uang yang di belanjakan, melainkan kebahagiaan berasal dari dalam diri kita sendiri.
Dengan gerakan #SayangUangnya diharapkan mampu menginspirasi banyak orang di Indonesia untuk melupakan gengsi dan menjadi lebih bijak dalam mengeluarkan uang. "Untuk bisa hidup kece, tanpa Jadi kere. Gerakan ini mendukung masyarakat untuk belajar lebih hemat serta rajin menabung dengan menganut gaya hidup frugal,” tambahnya.