REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, Direktur Retail Banking Permata Bank, Bianto Surodjo mengatakan masyarakat Indonesia cenderung konsumtif. Sebuah penelitian bahkan menyebutkan 28 persennya lebih banyak memiliki pengeluaran dibanding pendapatan.
Karena itu, pihak Permata Bank ingin mengajak masyarakat untuk bergaya hidup frugalisme. Apakah itu? Ini adalah gaya hidup hemat dengan konsep berfikir untuk memenuhi kebutuhan dan menahan keinginan. “Ini pola berpikir bahwa kebahagiaan bukan berasal dari banyaknya materi yang di konsumsi, maupun uang yang di belanjakan. Melainkan kebahagiaan berasal dari dalam diri kita sendiri,” ujarnya dalam talkshow gerakan #SayangUangnya yang digagas Permata Bank, di Jakarta beberapa waktu lalu.
Perencana keuangan dan bisnis, Prita Ghozie mengatakan sebenarnya gerakan ini asalnya dari Amerika. Saat itu mereka terkena great depression atau krisis ekonomi di mana Amerika mengalami hal yang mirip dengan krisis moneter di Indonesia 1997 atau 1998. "Saat itu kan kita susah sekali. Dan muncul ide bagaimana bertahan hidup dengan kondisi seperti itu. Nah lahirlah gaya hidup frugalisme,” ujarnya.
Frugalisme menurut Prita, adalah memilih mana yang benar-benar penting dalam hidup kita. Sehingga uang hanya dikeluarkan untuk kebutuhan itu saja, tidak lebih. Dia mengatakan, pada saat mengeluarkan uang tersebut, betul-betul dipakai tidak untuk menambah porsi gaya hidup. “Artinya makan ya makan, sate sama nasi cukup, nggak perlu yang lain,” ujarnya.
(Baca Juga: 28 Persen Masyarakat Miliki Pengeluaran Lebih Besar dari Pendapatan).
Lantas, orang seperti apa yang bisa menjalankan gaya hidup frugal? Prita menjelaskan,pad dasarnya semua orang bisa, terutama mereka yang di Jakarta yang penghasilannya Rp 5 juta ke bawah. Karena biaya hidup di Jakarta untuk keluarga dengan dua orang anak, berdasarkan riset dari BPS adalah Rp 7 juta.
Sebenarnya ia mengungkapkan hidup di Jakarta dengan gaji tersebut, kurang cocok. Sementara ada banyak sekali wilayah di Indonesia yang bisa kita bangun. Banyak yang bisa hidup enak hanya dengan gaji Rp 3 juta per bulan. “Saya pernah bulan November itu workshop di Batu, Malang, makan Rp 100 ribu, sudah ikan gurame pakai kangkung, pokoknya kenyang sekali, enak dan segar,” ujarnya.