Kamis 31 Mar 2016 06:03 WIB

Waspadai Gejala Kecanduan Media Sosial

Rep: C34/ Red: Indira Rezkisari
Akun sosial media di Facebook
Foto: pixabay
Akun sosial media di Facebook

REPUBLIKA.CO.ID, Keberadaan sebuah ponsel pintar di tangan Anda sepanjang waktu bukan berarti Anda kecanduan menggunakan perangkat gawai. Banyak faktor lain yang mengategorikan seseorang dalam kondisi kesehatan mental tersebut.

Namun, ada informasi menarik yang dihimpun dalam sebuah survei di tahun 2015. Sebanyak 93 persen orang dewasa berusia 18 sampai 29 ternyata menggunakan smartphone mereka untuk menghindari kebosanan.

Sebanyak 47 persen dari pengguna smartphone itu malah sengaja berponsel ria untuk menghindari berbicara dengan orang-orang di sekitar mereka. Sedangkan 46 persen lain bilang mereka tidak bisa hidup tanpa smartphone mereka.

Penelitian tersebut sekaligus menunjukkan bahwa semua orang yang gandrung memakai gawai dan media sosial punya kemungkinan menjurus pada kecanduan. Akan tetapi, kecanduan itu bergantung pada individu masing-masing.

Apalagi, banyak dari kita yang pekerjaannya harus kerap bersinggungan dengan gawai, surel, dan media sosial. Hanya karena seseorang sering menggunakan dan memeriksa media sosial, itu belum dapat disebut kecanduan.

Penggunaan berlebih, terobsesi, dan menarik diri adalah sebagian dari tanda-tanda kecanduan. Jika media sosial menjadi topik konstan diskusi Anda dengan orang lain, bisa jadi itu sebuah tanda.

Tanda-tanda besar ketergantungan lain termasuk kehilangan hubungan dengan dunia nyata, kehilangan minat pada hobi dan pekerjaan, tidak lagi merawat diri, dan kebutuhan untuk berada di media sosial setiap waktu. Apabila ini terjadi, Anda mungkin membutuhkan bantuan untuk lepas dari ketergantungan itu.

Bahkan, kecanduan bisa merusak hidup dan membuat si pecandu lekas marah dan menunjukkan emosi negatif lain. Kuncinya ialah menetapkan batas penggunaan karena semua yang berlebihan bisa menjadi tidak baik dan tidak sehat, dikutip Lifehack.

(baca: Ini Cara Cegah Anak Jadi Haters Jadi di Medsos)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement