REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Ajang tahunan "24 Jam Menari' yang digelar dalam rangka memperingati Hari Tari Dunia akan dimulai hari ini, Kamis (28/4) hingga Jumat (29/4) esok. 6.300 penari dari berbagai komunitas tari baik lokal maupun internasional akan mengisi 11 panggung dalam acara yang dipusatkan di Institut Seni Indonesia Surakarta.
Acara akan dibuka dengan karnaval ratusan penari yang berkeliling kawasan sekitar kampus ISI lengkap dengan kostum masing-masing pukul 14.00 Wib. Komunitas yang akan terlibat diantaranya adalah Barong Thir-tur Sogok Thunteng, Komunitas Kalimantan ISI Ska, Jaranan Buta Banyuwangi dan lainnya.
"Ini adalah salah satu unggulan dari ISI Surakarta yang sudah masuk tahun ke-10. Sudah berusia satu dasawarsa dan semakin hari semakin besar antusias masyarakat, khususnya Surakarta dalam menyambut Hari Tari Dunia," ujar Prof. Dr. Sri Rochana W., S.Kar., M.Hum, Rektor ISI Surakarta kepada Republika.co.id, Kamis (28/4).
Ia mengatakan, antusiasme yang tinggi ini membuat pihak penyelenggara memperpanjang durasi penyelenggaraan dari yang biasanya 24 jam menjadi 36 jam.
"Karena antusias peminat yang tinggi, sampai panitia harus mengubah jadwal dan program semula hanya tanggal 29 April saja tapi akhirnya dimajukan dari 28 hingga 29 April," kata dia.
Dalam pagelaran kali ini "24 Jam Menari" mengusung tema "Menyemai Rasa, Semesta Raga" yang merupakan rangkuman dari sembilan tema sebelumnya dan merekonstruksi pemahaman masyarakat tentang taritar
Tari bukan hanya kegiatan fisik semata tetapi kebutuhan manusia untuk menemukan keserasian dengan lingkungan guna mempertahankan kesinambunganya.
"Kami sepakati tema tersebut dengan harapan adanya keseimbangan antara naluri di dalam gerakan fisik tari, tapi juga apa yang kita rasakan dalam tari bisa mempengaruhi kehidupan masyarakat sekarang ini. Dan di dalam tari ini banyak sekali yang bisa diwujudkan untuk menjadi contoh untuk diimplementasi di kehidupan sehari-hari," ujar Sri Rochana.