REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Posisi ibu kota DKI Jakarta yang menjadi pusat bisnis dan pemerintahan cukup berat dalam menampung kebutuhan penduduknya. Pengembangan wilayah dilakukan salah satunya ke Bogor yang merupakan kawasan Jabodetabek. Di kota hujan ini, selain cadangan lahan yang cukup luas dan hawan sejuk, harga jual lahan cukup bersaing dibanding dengan wilayah lain.
Hingga kini pengembangan properti di Bogor memang tidak secepat kawasan penyangga lainnya, seperti Serpong atau Bekasi. Hal ini karena akses transportasi dan infrastruktur yang masih terus diperbaiki. Namun kawasan Bogor dipastikan memiliki rencana jaringan jalan Bogor Outer Ring Road (BORR), Bogor Inner Ring Road (BIRR), jalan Poros Tengah Timur (jalur Puncak Dua), dan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi).
Dari rencana tiga seksi tahapan pembangunan BORR, dua diantaranya telah rampung. Begitupula dengan pembangunan infrastruktur kereta ringan atau light rail transit (LRT) hingga Bogor. Apabila akses tol sudah dibuka dan pembangunan LRT sudah jadi, dipastikan properti di kawasan Bogor akan makin meroket dan nilai investasi di Bogor akan menyusul kawasan lain.
Pertumbuhan properti di Bogor didominasi berkembangnya kawasan-kawasan perumahan di Kabupaten Bogor yang posisinya lebih dekat dengan Jakarta. Hasil riset Indonesia Property Watch (IPW)tentang penjualan perumahan di kawasan Jabodebek – Banten pada kuartal I/2016, menyebutkan hanya wilayah Bogor sebagai satu-satunya wilayah yang mengalami kenaikan pertumbuhan hingga sebesar 11,8 persen. Khusus di segmen menengah naik mencapai 70,3 persen.
Efek dari rencana pembangunan jalur LRT nampaknya sudah bisa dirasakan di kawasan ini. Termasuk diantaranya adalah kawasan Sentul City. Berada di di atas lahan seluas 3.100 hektar Sentul City merupakan salah satu perumahan skala kota (township) yang terus berkembang di Kabupaten Bogor. ”Kami terus mendorong pengembangan kawasan di selatan Jakarta karena belum banyak digarap seperti di Sentul,” ujar Keith Steven Muljadi, Presiden Direktur PT Sentul City Tbk melalui keterangan tertulisnya, Kamis (26/5).
Pembangunan infrastruktur yang menghabikan dana hingga Rp 35 triliun diarahkan agar Sentul City menjadi kota mandiri yang siap dari sisi infrastruktur. Kesiapan infrastruktur mencakup jalan utama, jalan lingkungan, instalasi pengolahan air bersih dan limbah, hingga penerangan jalan. Ruang Terbuka Hijau (RTH) mencapai 70 persen yang membuat polusi di Sentul City menjadi rendah. "RTH sangat penting dalam memberi dampak positif bagi penduduknya,” kata Steven.