REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rendahnya mutu pendidikan Indonesia salah satunya disebabkan oleh belum membudayanya literasi di masyarakat, baik siswa, guru, orang tua, dan pemerintah.
Menurut Pendiri Indonesia Bermutu Burhanuddin Tola, hasil studi Program for International Student Assessment (PISA), selalu mengabarkan rendahnya mutu siswa Indonesia di bidang literasi sains, matematika, dan membaca.
“Siswa Indonesia selalu konsisten berada pada peringkat paling buncit, baik di bidang matematika, sains, maupun membaca,” ujar Burhanuddin Tola pada diskusi inspirasi yang diselenggarakan Indonesia Bermutu di Jakarta, Jumat (27/5).
Burhanuddin menyesalkan belum fokus, masif, sistemik, dan seriusnya pemerintah dalam melakukan berbagai aksi nyata untuk meningkatkan literasi siswa Indonesia.
Hal senada diungkapkan dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Awaluddin Tjalla. Ia menilai program-program yang dilakukan pemerintah belum menyentuh substansi dan cenderung normatif dan formalitas belaka. “Kami mengusulkan Pemerintah merangkul berbagai komunitas literasi seperti Indonesia Bermutu,” tutur Awaluddin.
Diskusi inspirasi yang rutin digelar Indonesia Bermutu kali ini menghadirkan Heru Widiatmo, peneliti di American College Testing, IOWA, Amerika Serikat. Heru menawarkan solusi agar Indonesia bisa keluar dari zona darurat literasi.
Menurut Heru, Indonesia perlu memiliki instrumen yang valid dan bermutu untuk mengukur literasi membaca, menulis, matematika, dan sains. “Instrumen literasi yang bermutu akan mampu dengan akurat memetakan literasi siswa Indonesia dari mulai siswa SD, SMP, dan SMA,” ungkap Heru.
Heru mengemukakan, informasi yang akurat dan kredibel sangat bermanfaat untuk melakukan berbagai program dan kebijakan peningkatan literasi. Heru yang juga sebagai Penasehat Indonesia Bermutu mengatakan Indonesia Bermutu mulai tahun ini akan mengembangkan istrumen literasi matematika, sains, menulis, dan membaca. “Tahun 2017, Indonesia Bermutu ditargetkan sudah memiliki instrumen literasi yang baku,” papar Heru.
Heru menambahkan, instrumen baku tersebut bisa digunakan oleh pemerintah dan masyarakat untuk mengukur literasi membaca, menulis, matematika, dan sains dengan akurat dan kredibel. “Ini merupakan ikhtiar Indonesia Bermutu untuk meningkatkan literasi anak Indonesia,” ungkap Heru Widiatmo.