REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Rendahnya mutu pendidikan nasional, salah satunya, disebabkan rendahnya kompetensi guru dalam melakukan penilaian kelas dan penilaian sekolah. Oleh sebab itu, peningkatan kompetensi guru dalam melakukan penilaian kelas dan penilaian sekolah, mutlak dilakukan.
“Merespons tantangan tersebut, Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI) bersama Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menyelenggarakan workshop dan konferensi internasional tentang Penelitian dan Evaluasi Pendidikan di Yogyakarta, 30-31 Mei 2016,” ungkap Ketua Umum HEPI Bahrul Hayat dalam rilis yang diterima Republika, Ahad (29/5).
Bahrul menambahkan, workshop dan konferensi ini merupakan hajat tahunan HEPI dan bertujuan menginformasikan perkembangan mutakhir sistem evaluasi dan penilaian pendidikan sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dalam penilaian pendidikan.
Konferensi kali ini mengangkat tema “Asesmen untuk Peningkatan Mutu Siswa”. Kegiatan ini diikuti 252 peserta dan 124 makalah, dari para pakar penilaian dan evaluasi pendidikan, dosen, guru, praktisi pendidikan dari dalam dan luar negeri.
Hari ini, menurut Ketua Pelaksana Kongres Djemari Mardapi , HEPI melaksanakan workshop tentang Rasch Model dan Measuring Higher Order Thinking (HOT) dengan naras umber Jahja Umar PhD, pakar psikometri dan Heru Widiatmoko, PhD (peneliti Indonesia Bermutu).
Djemari menambahkan, menurut rencana kongres juga akan dihadiri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan PhD. Kongres juga mengundang Prof Geoff Master PhD. Direktur dari Australian Council for Educational Research (ACER) itu akan memaparkan paper tentang Asesmen untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa.
Selain itu, ada juga pembicara tamu, yakni Prof Frederick Leung Ph D dari Universitas Hong Kong. Ia akan menyampaikan paper tentang Asesmen Internasional untuk Peningkatan Penilaian Kelas, sebagai pembicara tamu.
Pada sesi konferensi pers, Bahrul mengungkapkan keprihatinan dengan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia sementara solusi yang diberikan kurang strategis dan komprehensif.
“Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, salah satunya disebabkan belum membudayanya pelaksanaan penilaian pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, HEPI sebagai lembaga profesional dan independen, melalui workshop dan konferensi ini ingin memberikan kontribusi konkrit untuk peningkatan kompetensi guru dalam melakukan penilaian,” tutur mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Agama tersebut.
Pelaksanaan konferensi ini, tambahnya, sangat tepat mengingat para siswa SMA dan SMP sederajat baru saja menyelesaikan Ujian Nasional pada bulan April dan Mei 2016. Dengan demikian, para guru yang mengikuti workshop dan koferensi ini, diharapkan dapat melakukan perbaikan dalam melakukan penilaian kelas dan tingkat satuan Pendidikan.
Dalam kesempatan tersebut Bahrul Hayat juga menegaskan HEPI merupakan organisasi profesi yang bersifat independen, profesional, dan transparan. Oleh karena itu keanggotaan HEPI terbuka bagi mereka yang tertarik pada bidang penilaian dan evaluasi pendidikan dari kalangan pendidik (guru dan dosen), praktisi, pengamat, profesional, dan mahasiswa.
“Dengan keragaman ini HEPI dapat menghimpun sumber daya untuk mengembangkan tenaga dan pikiran bagi pengembangan bidang penilaian dan evaluasi pendidikan sepagai upaya peningkatan mutu pendidikan,” ujar Bahrul.
Menurut Penasehat HEPI Jahja Umar, HEPI merupakan sebuah organisasi profesi yang bergerak di bidang pendidikan yang memiliki asas profesionalisme dan keilmuan dalam bidang penilaian dan evalusi pendidikan.
HEPI dibentuk pada tanggal 19 November 2000 di Yogyakarta dengan visi untuk menjadi organisasi yang unggul dalam bidang penilaian dan evaluasi Pendidikan di Indonesia.