REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia turut serta dalam ajang bergengsi FTL Moda New York Fashion 8 September hingga 10 September mendatang. Kali ini Indonesia mengirimkan desain busana dengan bahan asli tenun NTT.
Pemilik Butik Levico yang juga pecinta kain tenun NTT, Julie Laiskodat, menjelaskan selama ini tenun NTT terkenal sebagai pajangan, atau taplak meja. Tenun ikat hanya dikenal oleh orang tertentu dan keluarga tertentu saja. "Karena itu kami mengajak bergabung desainer Yurita untuk membuat tenun NTT jadi fashion," ujarnya dalam konfernsi pers di Jakarta, Kamis (9/1).
Untuk event kali ini, mereka menghadirkan 12 koleksi busana ready to wear untuk musim panas. Bahan yang digunakan adalah full tenun. Selain itu juga mengombinasikan dua motif tenun dalam satu stel busana.
"12 koleksi kami menggunakan tenun NTT dari 22 kabupatan kota tepatnya dari 21 kabupaten dan satu kota. Mereka punya ciri khas sendiri. Satu baju ditabrak antara kabupaten A dan kabupaten B. Orang pasti merasa aneh kok bisa dikombinasi. Atas kabupaten lain bawah kabupaten lain. Tenun NTT tidak umum. Sangat bagus 12 koleksi kami," jelasnya.
Desainer Yurita Puji A menjelaskan untuk koleksi kali ini ia menghadirkan busana yang simpel dengan sedikit pernak pernik. Tidak banyak detail dan mudah dipakai. Koleksi ready to wear ini hadir lengkap mulai dari atasan, bawahan celana pendek, jumpsuit sampai maxidress.
"Kami menyesuaikan selera di sana. Saya mendesain selalu pilih yang ada daya jualnya. Tidak suka buat baju berangan-angan. Desainer ada yang idealis, ada yang mikirnya bisa jadi duit. Saya sesekali idealis tapi dikemas agar bisa memutar uangnya. Desainer termasuk pengusaha, ada karyawan yang harus dibayar," jelasnya.
Menurutnya, di New York perempuan independen dan mandiri. Jadi ia menawarkan koleksi yang bisa dipakai kerja dan tidak rumit. "Celana jumpsuit, dress, enggak perlu pakai kancing, hanya ritsleting, kalau perlu tanpa ritsleting," ujarnya.
Dalam event nanti, ia akan menambahkan aksesoris daerah NTT seperti ikat kepala, gelang, anting dan lainnya. "Baju ready to wear moderb tapi aksesoris etnik," ujarnya.