REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Membuat tenun Nusa Tenggara Timur (NTT) memang membutuhkan proses yang panjang. Hal itu ditunjukan di gerai 'Selaras' yang menjual tenun organik Maumere NTT pada Pameran Indonesia Fashion and Craft (IFC) 2016 di JCC, Jakarta.
Pemilik dan Fashion Desaign, Dewi Anindita mengatakan proses pembuatan satu baju tenun bisa memakan waktu tiga bulan pengerjaan. Berbagai proses seperti memintal benang adalah proses yang memakan waktu yang lama. “Satu baju bisa tiga bulan. Pertama benang dipintal, terus dikasih pewarna ikat, makanya namanya tenun ikat. Lalu terus ditenun, jadi prosesnya lama, bahkan pewarnanya itu sendiri tergantung mau pekat atau tua warnanya harus diulang-ulang,” ujarnya di Jakarta, Kamis (22/9).
Oleh sebab itu untuk memperoleh pewarnaan yang bagus, Dewi memastikan harus melakukan pewarna berulang ulang. Selain itu pewarnaan dari bahan alami selalu ditekankan, yang mana pewarna alami diperoleh dari akar-akaran, rempah rempah dan dedaunan.
Desain baju koleksi Dhewi di gerainya adalah hasil karyanya sendiri. Kain dikombinasikan dengan beberapa kain tenun seperti Maumere, Ende, dan Lombok. Kain tenun ini biasanya mempunyai ciri khasnya masing-masing dengan model seperti blazer, selendang dan kain.
Untuk kain tenun khas NTT, karya desainya bisa mencapai Rp 2 juta hingga Rp 3 juta. Sementara untuk harga baju tergantung pada kombinasi. Yang model simpel harganya bisa di bawah Rp 1 juta. Sedangkan yang murni Dhewi menjualnya satu juta rupiah.