REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemalsuan atau pembajakan ternyata tidak hanya terjadi dalam dunia permusikan maupun perfilman. Lukisan karya seniman Indonesia pun harus mengalami hal serupa. “Banyak lukisan yang beredar tapi palsu,” ujar Ketua Prodi Magister dan Doktor Hukum Universitas Pelita Harapan (UPH), Henry Sulistyobudi di Jakarta, Senin (26/9).
Salah satu buktinya, yakni yang dialami seniman terkenal dari Bali, Nyoman Gunarsa. Bahkan, kejadian tersebut membuat seniman luar biasa itu harus sakit. Kasus ini, dia mengatakan, jelas sangat mengkhwatirkan bagi para seniman atau pelukis Indonesia.
Pemalusuan ternyata tidak hanya terjadi saat pelukisnya sudah meninggal tapi juga saat mereka masih hidup.Hal ini jelas menandakan para pemalsu tidak merasa takut atas tindakannya.
Salah satu alasan timbulnya lukisan palsu karena minat masyarakat yang tinggi. Apalagi lukisan yang mengatasnamakan karya pelukis hebat. Hal ini jelas akan memengaruhi harga yang ditawarkan ke masyarakat juga.
Para kolektor juga bisa menjadi potensi adanya reproduksi lukisan. Terlebih lagi bagi mereka yang menyimpan lukisan asli. Dari sini, mereka bisa saja timbul keinginan untuk memperbanyak mengingat tawaran yang tinggi di lapangan. Keinginannya ini dapat terwujud apalagi saat menemukan pelukis ‘bagong’ yang dapat dimanfaatkan kemampuan melukisnya.
Menurut Henry, kehadiran pelukis ‘bagong’ dikarenakan gagalnya mereka dalam menciptakan karakter lukisan yang jelas memengaruhi kehidupan ekonominya. Mereka pada dasarnya memiliki kemampuan hebat tapi kurang beruntung. Para pelukis jenis ini yang biasanya direkrut para kolektor untuk masuk studio tertutup. Mereka dibiayai hidup dengan syarat mampu mereproduksi lukisan karya seniman hebat. “Dan pelukis jenis ini tidak hanya di Indonesia tapi di luar negeri banyak,” kata dia.
Melihat situasi ini, Henry menegaskan, jelas sangat merugikan para seniman lukisan. Tidak hanya ekonomi tapi nilai moral juga. Cara menguaknya sendiri hanya satu cara, yakni klarifikasi.
Klarifikasi dapat dilakukan oleh keluarga apabila pelukis sudah meninggal. “Dan pelukis itu sendiri kalau masih hidup. Mereka harus meyakinkan bahwa lukisan yang palsu itu bukan karya dia,” tegas dia.
Wilda fizriyani