REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chitra Subiyakto, dulu dikenal sebagai seorang penata gaya untuk majalah Cosmo Girl sekitar tahun 2001. Namun, kini ia lebih dikenal sebagai perancang busana. Rancangannya bertambah dikenal luas setelah karakter Cinta di Ada Apa Dengan Cinta 2 mengenakan salah satu skarf rancangan Chitra lewat label Sejauh Mata Memandang.
“Dulu fashion stylist, awalnya saya jadi stylist majalah Cosmo Girl tahun 2001. Dari fashion stylist, lalu jad costum designer, saya bantu untuk baju pemain film, misalnya Laskar Pelangi dan lainnya. Karena ada film tertentu saya harus buat dari nol, kaya bikin baju baru tua dan bau. Atau untuk film Pendekar Tongkat Emas, film antah berantah, ngarang bebas, saya juga buat baju ngarang bebas, menyenangkan,” ujarnya kepada Republika.co.id, dalam wawancara khusus di kantor Zalora, beberapa waktu lalu.
Namun akhirnya ia mencoba membuat label busana Sejauh Mata Memandang. Saat ini masuk tahun kedua. “Saya bukan desainer, saya hanya senang kain, motif, senang main-main kain jadi baju, senang main-main dengan motif,” ujarnya, yang mengaku tidak pernah sekolah desain baju.
Sejauh Mata Memandang, menurutnya kata yang sangat romantis. Sederhananya mengapa ia memakai nama itu, karena kemanapun ia pergi ke bumi ini di Indonesia Chitra selalu menemukan dirinya mengatakan 'sejauh mata memandang hijau semua'.
“Menurut saya itu sangat Indonesia, sangat alam kita, alam kita cantik sekali khususnya lautnya, kita negara agraris, kalau ngomongin pemandangan kita tidak kalah, kaya,” ujarnya.
Menurutnya, koleksi Sejauh sesuatu yang lebih effortless atau tidak memerlukan banyak usaha untuk kelihatan menarik, sekaligus nyaman. Dalam benak Chitra koleksinya cocok dipakai berlibur. Ia memaknai koleksinya sebagai desainer yang hangat dan bernuansa liburan, meskipun dipakai untuk bekerja.
Koleksi Sejauh Mata Memandang ini lebih mengedepankan motif. Ia membuat motif sendiri yang terinspirasi dari alam dan apapun yang ada di sekitarnya. Untuk koleksi pertamanya, Chitra membuat motif yang terinpirasi dari mangkuk ayam, mangkuk yang bergambar ayam jantan dengan bunga. Dijadikannya motif batik.
Kemudian dia juga pernah terinpirasi dengan perairan Bali, Nusa Penida. Dia melihat perairan tersebut dari atas pesawat terbang, kemudian memotretnya dan membuat sktesa gambar. “Sebenarnya tersebar di seluruh lautan Indonesia, kebetulan motifnya di Nusa Penida, dilihat dari atas pesawat, kalau dari atas kelihatan, dari perairan Bali. Ada yang algae sawah rumput laut, perahu nelayan, dayung dan topi nelayan.
Untuk koleksi terbarunya, lini kedua dari label pertamanya, SMM, mengangkat motif flora dari dinding batu Candi Borobudur. “Saya inspirasi dari mana-mana,” ujarnya.
Semua koleksi Chitra baik Sejauh Mata Memandang maupun SMM semua handmade, buatan tangan. Untuk Sejauh Mata Memandang koleksinya lebih premium dengan batik tulis atau cap. Proses pembuatannya pun lebih lama. Sedangkan SMM, menggunakan sablon tangan.
Chitra memilih produksi kainnya dengan tangan. Alasannya sumber daya karya tangan di Indonesia sangat banyak. Memilih mesin dipandangnya membuat manusia terpinggirkan.
“Awalnya cuma batik, ngobrol-ngobrol, ada sablon tangan. Cuma sudah mulai berkurang, kalau print warnanya lebih pasti enggak mungkin geser, kalau tangan kan semuanya tergantung tangan, karena ketidaksempurnaannya itu saya lebih senang, sempurna membosankan. Lihat orang cantik, cantik saja, kalau melihat orang menarik kan bisa dari sisi ini, sisi ini, kita tetap gunakan yang ada manusianya, tetap bantu mereka,” ujarnya.
Chitra mengaku menggandeng para pengrajin dari daerah, salah satunya Pekalongan. Bahan yang digunakan katun biasanya untuk batik.
Untuk koleksi SMM, saat ini hanya ada di Zalora, dijual mulai Kamis (27/10). Sejak saat ini ia memang fokus membuat SMM dan akan diteruskan nantinya menjadi salah satu busana pilihan. Koleksinya ini ditujukan bagi perempuan yang berjiwa muda dan senang dengan Indonesia, senang dengan alamnya, karena terinspirasi dari alam.
Saat ini memang koleksinya untuk perempuan saja, ke depan sedang dibuat koleksi pria karena banyak permintaan. Juga akan ada koleksi untuk anak-anak dan rumah. Wanita berjilbab pun bisa pakai, karena semua terinspirasi dari baju-baju Indonesia, dari baju kebaya Sumatera panjang, baju bodo, dan lainnya.