REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Turki tengah menggencarkan wisata Muslim atau yang lebih dikenal dengan wisata halal di negaranya. Ini menyusul turunnya kunjungan wisatawan asing di negara perbatasan Eropa-Asia itu.
"Dari data yang kami dapat, jumlah wisatawan manca negara (wisman) ke Turki turun sekitar 50 persen lebih," kata Ketua Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF) Priyadi Abadi kepada Republika.co.id di Jakarta, Selasa (22/11/2016).
Priyadi menambahkan, turunnya sektor pariwisata di Turki disebabkan maraknya isu bom dan kudeta beberapa waktu lalu. Pemerintah Turki juga ingin memastikan bahwa isu Negara Islam Irak-Suriah (ISIS) tidak perlu menjadi kekhawatiran wisatawan.
Dia mengatakan, sebetulnya konflik ISIS berada jauh dari obyek wisata di Turki. Lagi pula, dia menambahkan, sejauh ini wisata di negara tersebut masih aman dari pengaruh konflik. "Memang sempat ada kekhawatiran di kalangan wisatawan, tapi kabar yang kita dapatkan sejauh ini masih aman," kata Priyadi.
Priyadi mengatakan, Dorak Travel sebagai sponsor utama, bekerja sama dengan IITCF, mengundang 40 biro perjalanan dari Indonesia untuk mempromosikan wisata halal di negara tersebut. Kegiatan bertajuk ‘Turkey Muslim Educational Trip’ itu akan digelar selama sembilan hari, 27 November hingga 6 Desember 2016.
Selama di Turki, para peserta tidak hanya melihat objek wisata dan kelengkapan fasilitas tapi juga diberikan pelatihan mulai dari teknik pemandu wisata, kepemimpinan, pemecahan masalah dan lain-lain oleh IITCF. "Sesuai namanya, perjalanan ini bukan jalan-jalan biasa, melainkan ajang pelatihan bagi para pelaku travel Muslim, baik tour leader, tour planner, tour consultant, dan pemilik travel," katanya.
Priyadi menyebutkan, selama berada di Turki, peserta akan mengunjungi 10 kota, antara lain Ankara, Istanbul, Konya, Bursa, Bergama, Ephesus, dan Cappadocia. Para peserta juga bakal diajak mengunjungi sejumlah wisata rekreasi lainnya semisal Istana Topkapi dan Hagia Sophia atau Masjid Biru.
Selain itu, Turki juga terkenal dengan sejumlah peninggalan sejarah Islam. “Para peserta juga akan diajak mengunjungi situs-situs perjalanan Rasulullah dan para sahabat nabi,” ujarnya.
Priyadi mengatakan, sebenarnya tidak sulit untuk menjual witasa, termasuk wisata halal di Turki. Fasilitas penunjang untuk wisata halal cenderung sudah tersedia mengingat mayoritas penduduk di negara itu adalah Muslim. "Salah satu daya tarik di sana juga ada situs-situs perjalanan Rasulullah dan para sahabat," katanya.
Tantangan saat ini, kata Priyadi, mengembalikan kepercayaan wisatawan ke Turki mengingat kondisi politik dan keamanan di negara tersebut. "Ini makanya mereka mengundang kita untuk mensosalisaskikan keadaan Turki terkini," katanya.
Priyadi mengatakan, sebelum adanya masalah politik, kunjungan wisatawan Indonesia ke Turki terbilang cukup tinggi. Ini, dia mengatakan, terlihat dari penuhnya maskapai penerbangan ke negara itu setiap bulan. "Jualan Turki tidak seberat jualan rute-rute lain, cuma karena ada isu kemanan saja yang membuat pengunjung turun," katanya.