Kamis 15 Dec 2016 12:31 WIB

Tenun Ende Terancam Punah 30 Tahun Mendatang

Rep: Desy Susilawati/ Red: Andi Nur Aminah
Kain tenun Ende
Foto: Desy Susilawati
Kain tenun Ende

REPUBLIKA.CO.ID JAKARTA -- Tenun Ende asal Flores, Nusa Tenggara Timur, terancam punah. Hal ini diungkapkan oleh Pemerhati Sosial Ekonomi untuk kain Tenun, Bernadetta Maria Sere Ngura Aba yang akrab Sere.

Padahal membuat tenun ende merupakan salah satu cara bagaimana untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Untuk pendidikan, membantu ekonomi keluarga dan lainnya. Sedangkan di Ende, mayoritas masyarakat adalah PNS, jarang yang bekerja sebagai karyawan. Dia mengatakan, dengan adanya perkembangan fashion dalam tenun, seharusnya membuat pemerintah berinisiatif mendorong tenun menjadi alternatif peningkatan ekonomi keluarga.

“Beberapa waktu lalu saya amati, pemerintah tidak mendukung untuk menjaga tenun Ende dan itu bisa punah. Karena usia penenun 35 sampai 40 ke atas. Sedangkan anak mudanya lebih memilih menjadi pegawai di banding penenun,” ujarnya dalam talkshow di sela pembukaan pameran Pesona Kain dan Budaya Ende di Jakarta, Rabu (15/12).

Padahal tenun memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi. Karena itu, menurutnya, sangat penting pemerintah mulai memasukan kurikulum muatan lokal di sekolah. “Misalnya tenun dimasukkan di muatan lokal di SD, yaitu mengenal motif, dan warna. Penenun bisa menjelaskan asalkan punya modul baik. Kalau tidak dilakukan 20 atau 30 tahun lagi kita tidak punya tenun Ende lagi,” ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement