Kamis 19 Jan 2017 09:00 WIB

'Perajin Batik Harus Berani Keluar Pakem'

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Dwi Murdaningsih
 Seorang pengrajin batik mencanting lilin (malam) ke atas kain di salah satu rumah di Centra Batik Tulis Trusmi, Desa Trusmi Wetan, Plered, Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (16/4). (Antara/Widodo S. Jusuf)
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Seorang pengrajin batik mencanting lilin (malam) ke atas kain di salah satu rumah di Centra Batik Tulis Trusmi, Desa Trusmi Wetan, Plered, Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (16/4). (Antara/Widodo S. Jusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Hampir 27 kabupaten/kota di Jawa Barat mulai membuat Batik dengan motif daerah masing-masing. Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Provinsi Jawa Barat, Netty Heryawan mengatakan salah satunya Mega Mendung yang merupakan motif khas dari daerah Cirebon yang banyak diminati dan dikenal luas.

“Hal ini karena karakteristik masyarakat Cirebon yang berada pada titik lintas perdagangan membuat perajin berani keluar dari pakem,” kata Netty saat melakukan kunjungan ke Sentra Batik Trusmi Kabupaten Cirebon, melalui siaran pers.

Dengan berani menciptakan  kreativitas dan inovasi atas warna dan motif baru yang lazimnya ada dimasyarakat. Nilai tambahnya, tutur Netty, sejak ditetapkannya Batik sebagai Intangible  Word Heritage pada 2 Oktober 2009 lalu, membuat masyarakat merasa terbangun kecintaanya pada Batik.

Inilah yang menggerakan Dekranasda Provinsi Jawa Barat untuk mendorong para pelaku usaha dan pembatik melakukan pengembangan kreatifitas dan inovasi melalui pembinaan. Karena umumnya, imbuh Netty, warna dan motif Batik itu selalu gelap dengan warna tanahan dan soga. Sehingga masih ada beberapa daerah lain di Jawa Barat yang belum berani untuk keluar dari pakemnya. Imbasnya Batik kurang diminati dan tidak berkembang.

“Ternyata hari ini Batik tidak hanya dibutuhkan dalam bentuk fashion tapi juga dalam aplikasi interior di rumah,” katanya.

Menanggapi foto salah satu artis dunia, Madonna yang menjadi viral menggunakan Batik dalam pemotretan, Netty berujar Batik saat ini sangat dikenal luas oleh dunia international. Bahkan Nelson Mandela pun terkenal dengan icon kemeja Batik yang juga viral di berbagai media.

“Tinggal bagaimana kita mendokumentasikan motif yang digunakan di luar negeri. Itu yang menjadi tanggung jawab kita bagaimana Dekranasda, Kementerian Hukum dan Ham dibantu Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk terus menjaga HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) dari setiap motoif baru yang dilahirkan para pembatik Indonesia,” kata Netty.

Netty mengatakan batik harus terus lestari dan dilestarikan oleh masyarakat khususnya generasi muda. Karena, menurut Netty selama ini Batik identik dengan orangtua dengan alasan yang tua itu tekun dan teliti, namun belum tentu juga ketika anak muda dapat membatik dengan kreasi yang dimiliki.

“Batik bukan saja menjadi kebanggaan seluruh masyarakat bangsa Indonesia, tetapi juga dapat berdampak bagi kesejahteraan bagi pelaku usaha,” kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement