REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Hijaber Zahratul Jannah sering menginspirasi warga net lewat kreasi gaya hijab serta outfit of the day (OOTD)-nya. Walaupun amat terkenal di media sosial Instagram, ia ternyata kurang sreg dengan sebutan Selebgram.
"Saya lebih suka istilah social media influencer karena baik melalui Instagram atau pun media sosial lain, saya berusaha memberi pengaruh baik yang positif bagi orang-orang sekeliling," ucap perempuan yang kerap disapa dengan sebutan Teh Sara oleh pengikutnya itu.
Zahra merintis lini busana Muslim dengan merek Mono Basic sejak 2016 bersama mitranya, Wulan. Meski bertanggung jawab dalam merancang busana, seperti membuat desain sampai menjahit dan memilih bahan, perempuan kelahiran Jakarta, 7 Mei 1983 itu enggan disebut desainer.
Ia lebih senang disebut sebagai pebisnis yang baru merintis di industri busana Muslim. Mono Basic yang ia dirikan pun ambil bagian di antara 110 merek busana Muslim lain dalam gelaran akbar Indonesia Hijabfest 2017 yang berlangsung di pusat konvensi Sasana Budaya Ganesha bandung, 4-7 Mei 2017.
Menurut Zahra, Hijabfest menjadi wadah penting bagi pengusaha busana Muslim kecil dan menengah di Bandung. Selain memperkenalkan brand dan menambah penjualan, ajang tersebut memungkinkan para wirausahawan saling bersilaturahmi dan berbagi wawasan dengan pemilik bisnis lain.
Sebelum mengusung merek Mono Basic pun, ibu tiga anak tersebut sudah menjadi pengisi acara dalam sesi bincang santai Indonesia Hijabfest. Hingga tahun 2017, terhitung empat kali Zahra menjadi bintang tamu pemateri, yang tahun ini berkisar tentang kepengasuhan.
"Kalau booth Mono Basic baru dua kali dan tahun lalu hanya membawa sedikit koleksi karena baru berdiri. Tahun ini merasakan betul sibuknya menyiapkan barang, loading, dan berbincang melayani pelanggan," ucap Zahra yang membawa sekitar 400 busana dengan 60 model berbeda.