REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seniman Indonesia Tintin Wulia menghadirkan pameran berjudul "1001 Martian Homes" pada Indonesian Pavilion Venice Art Biennale 2017. Uniknya, karya Indonesia di ajang biennale seni rupa kontemporer tertua di dunia tersebut dihadirkan secara berbarengan real time di dua negara, Indonesia dan Italia.
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) RI Triawan Munaf menginformasikan, pameran dihelat di paviliun kembar Arsenale Venezia dan Senayan City Jakarta. Pameran tersebut tidak bersifat statis, namun berlangsung secara interaktif setiap hari mulai 10 Mei 2017 hingga 26 November 2017.
"Karya-karya Tintin menyampaikan pesan relevan mengenai perubahan kebudayaan global, ketika internet dan teknologi efektif mempengaruhi ruang dan batas fisik geografis," kata Triawan pada pembukaan pameran di Senayan City, Jakarta, Rabu (10/5).
Pada momen tersebut, dilakukan komunikasi interaktif antara kedua negara di masing-masing lokasi. Sepanjang enam bulan pameran pun, pengunjung Indonesia bisa melihat apa yang dilakukan pengunjung pameran Venesia, begitu juga sebaliknya.
Enin Supriyanto, pengarah seni pameran menginformasikan, terdapat tiga karya Tintin yang dipamerkan, antara lain "Not Alone", "Under The Sun", dan "One Thousand and One Martian Homes". Seluruhnya berwujud instalasi yang terhubung dengan pasangan kembar masing-masing di kedua kota di dua negara berbeda.
Pameran "1001 Martian Homes" hanya dapat terjalin dalam kesatuan utuh berkat partisipasi para pengunjung. Lewat hal tersebut, Enin menilai seniman Tintin yang lahir di Denpasar, Bali, seolah merenungkan pola berulang dalam sejarah perpindahan manusia dan memikirkan kembali makna batas, waktu, ruang, dan konektivitas.
"Karya-karya ini menghubungkan persoalan masa lalu, masa sekarang, dan menjadi upaya membuat spekulasi masa depan yang jauh dalam satu rangkaian kompleks," ucap Enin yang menginformasikan lokasi pameran hanya dapat dimasuki 15 orang pada satu waktu bersamaan.