REPUBLIKA.CO.ID, UBUD -- Sebanyak 15 penulis yang berasal dari berbagai penjuru Nusantara terpilih untuk tampil dalam ajang "Ubud Writers & Readers Festival 2017" yaitu perhelatan sastra dan seni internasional terbesar di Asia Tenggara.
"Sebelumnya terkumpul 913 karya yang diseleksi ketat oleh nama-nama besar di bidang sastra Indonesia. Setiap karya terlebih dahulu saya baca, kemudian dipilih karya-karya yang paling menarik untuk dimasukkan dalam daftar panjang," kata Manajer Program Nasional UWRF I Wayan Juniarta, di Ubud, Gianyar, Selasa (11/7).
Daftar panjang tersebut, ujar Juniarta, lalu diserahkan kepada tim kurasi yang beranggotakan tiga penulis, jurnalis, dan penyair kawakan Indonesia yakni Seno Gumira Ajidarma, Leila S Chudori dan Warih Wisatsana.
Ia mengemukakan, 913 karya yang masuk terdiri atas cerpen, puisi, novel, esai, nonfiksi, naskah drama, dan banyak jenis karya sastra lainnya. Puisi adalah jenis karya yang paling banyak masuk, mencapai angka 377, disusul oleh cerpen sebanyak 278 karya.
Berdasarkan hasil rapat kuratorial yang diadakan di kantor Yayasan Mudra Swari Saraswati di Ubud Gianyar, pada Jumat (7/7), terpilih 15 nama penulis yang dikategorikan sebagai penulis "emerging" yang akan bergabung pada UWRF 2017 yang akan digelar pada 25-29 Oktober mendatang. "Emerging adalah istilah yang digunakan oleh UWRF untuk para penulis Indonesia yang memiliki karya berkualitas namun belum memperoleh publikasi yang memadai," ucap Juniarta.
Adapun 15 penulis emerging yang terpilih adalah Abdul Azis Rasjid dari Banyumas, Ade Ubaidil dari Cilegon, A Nabil Wibisana dari Kupang, Aksan Taqwin Embe dari Tangerang, Bayu Pratama dari Mataram, Erich Langobelen dari Maumere, dan Ibe S Palogai dari Makassar.
Kemudian Mohammad Isa Gautama dari Padang, Morika Tetelapta dari Ambon, M Subhan dari Padang, Na'imatur Rofiqoh dari Ponorogo, Rahmat Hidayat Mustamin dari Makassar, Rizki Amir dari Sidoarjo, Taufiqurrahman dari Yogyakarta, dan Seruni Unie dari Surakarta.
"Para penulis yang beruntung tersebut akan berpartisipasi dalam UWRF 2017 dan mereka akan diterbangkan dari kota masing-masing menuju Ubud, Bali, untuk tampil dalam forum-forum diskusi sastra berdampingan dengan para penulis internasional. Selain itu, karya-karya yang telah terpilih akan diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan diterbitkan dalam buku Anthology 2017," kata Juniarta.
Para penulis emerging terpilih datang dari berbagai macam latar belakang, mulai dari mahasiswa dan guru, jurnalis, buruh mebel, dan juga nelayan. Yang menarik pada seleksi tahun ini juga ada sejumlah penulis terpilih yang berasal dari Indonesia Timur, yaitu enam penulis.
Seno Gumira Ajidarma, salah satu penulis dan jurnalis kawakan Indonesia itu mengatakan bahwa banyak karya yang masuk submisi adalah penulisan metasastra, mengambil tema-tema yang mempersoalkan sastra dan bahasa. "Ini sangat menarik karena berarti penulis-penulis muda Indonesia mulai banyak mengulik persepsi kecendekiaan," ujarnya.
Keberagaman asal penulis menghasilkan karya-karya yang menarik juga dibenarkan oleh penulis dan penyair Warih Wisatsana. "Karya-karya yang lolos mengambil tema dari kehidupan sehari-hari dan begitulah karya sastra yang sesungguhnya. Tentunya sangat menarik membaca karya mengenai kehidupan di daerah yang cukup terpencil," ucap Warih.