Jumat 14 Jul 2017 11:19 WIB

Mengapa Remaja Saat Ini Mudah Depresi?

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Esthi Maharani
Depresi
Foto: .
Depresi

REPUBLIKA.CO.ID, Di Amerika, seringkali terjadi kasus anak remaja yang nekat melukai dirinya sendiri. Kenekatan mereka itu merupakan wujud perasaan depresi dan cemas yang berlebih.

Berbagai persoalan yang menurut mereka cukup kompleks dan tidak bisa dijelaskan mulai dari kenaikan kelas, masa depan, hingga hubungan pertemanan, membuat mereka nekat menyayat-nyayat tangan mereka, bahkan memukuli diri mereka sendiri hingga bahkan bunuh diri.

Melukai diri sendiri, menurut para ahli, disebabkan karena adanya gangguan psikologis. Dikutip dari Time, anak remaja pada saat ini dikenal sangat rapuh dan emosinya mudah meluap-luap. Fenomena ini sudah dimulai sejak 2012 dan anak perempuan yang paling banyak berisiko dibandingkan anak laki-laki.

Pada 2015, sekitar 3 juta remaja berusia 12-17tahun mengalami episode depresi. Sementara itu, Institut Nasional Kesehatan Mental melaporkan sekitar 6,3 juta remaja yang didominasi remaja perempuan mengalami gangguan kecemasan.

Para ahli menduga, ada lebih banyak lagi remaja yang mengalami depresi dan gangguan kecemasan yang belum terdata. Lebih parah, dari total remaja yang terdeteksi depresi tersebut, hanya 20 persen diantaranya saja yang mendapatkan penanganan.

Menurut para ahli, penyebab anak remaja saat ini sangat rapuh dikaitkan dengan periode setelah peristiwa 9/11. Mereka menyebut generasi remaja saat ini dengan sebutan generasi post-9/11, dimana kondisi nasional dan ekonomi sedang dalam situasi tidak aman. Ditambah lagi terjangan media sosial yang mengubah cara bersosialisasi masyarakat.

"Para remaja ini sedang berada di dalam masalah dan ada 3 kemungkinan, tidak mau keluar, tidak bisa keluar atau tidak tahu bagaimana caranya harus keluar dari masalah itu," ujar Janis Wihtlock, direktur Program Penelitian Cornell.

Ada banyak faktor yang menyebabkan generasi saat ini mudah depresi. Diantaranya, mereka terbebani dengan berbagai tuntutan tepatnya diusia mereka yang masih muda seperti tugas-tugas sekolah, mengelola media sosial, merencanakan karir, perubahan iklim, perosoalan rasisme, hingga hubungan seksual. Pasca insiden 9/11, hampir setiap jam mereka terpapar hal tersebut melalui internet.

Sedikit sekali orang dewasa yang dapat memahami perasaan anak remaja dengan tekanan yang mereka hadapi setiap hari. Mereka dipaksa untuk menerima dan menelan informasi apapun dari berbagai negara melalui internet diusia mereka yang masih belia. Kemajuan teknologi memberi dampak emosional yang besar kepada generasi saat ini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement