REPUBLIKA.CO.ID, Kepopuleran fidget spinner membuat mainan ini digandrungi oleh anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kepopuleran ini tak lepas dari anggapan bahwa fidget spinner mampu mengurangi stres, kecemasan hingga membantu anak dengan autisme. Benarkah?
Ketika diputar, fidget spinner memberikan efek hipnotik yang dapat mengurangi stres dan kecemasan. Ini membuat fidget spinner mampu memberikan kenyamanan di tengah situasi yang penuh tekanan. Oleh karena itu, fidget spinner diyakini dapat membantu anak dengan autisme menjadi lebih senang dan fokus.
Terkait hal ini, pendiri Action for Autism Merry Barua mengatakan bahwa fidget spinner bisa diberikan orangtua kepada anak mereka yang gelisah agar menjadi lebih tenang. Akan tetapi, hal tersebut bukan hal istimewa karena banyak mainan normal lain yang juga memiliki manfaat serupa.
"Tidak ada sesuatu dalam fidget spinner yang membuatnya menjadi spesial untuk anak dengan autisme," jelas Barua seperti dilansir Times of India.
Barua mengatakan penjualan fidget spinner dengan label sebagai 'mainan khusus untuk anak autis' tak lebih dari sekedar strategi pemasaran. Meski fidget spinner dapat menenangkan anak berkebutuhan khusus, Barua menilai label 'mainan khusus untuk anak autis' yang disematkan pada fidget spinner tidak tepat.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh John Hopkins University juga mengungkapkan hal serupa. Tim peneliti mengungkapkan bahwa fidget spinner tidak dibuat sebagai alat bantuan medis. Klaim-klaim manfaat yang dimiliki fidget spinner tak lebih dari sekedar strategi pemasaran yang cerdas di internet.
Anggapan bahwa fidget spinner dapat membantu anak-anak sekolah atau mahasiswa untuk fokus dalam proses belajar pun telah ditepis. Banyak sekolah dan institusi yang menganggap fidget spinner sebagai sebuah distraksi. Alasannya, sekali pengguna memainkan fidget spinner, maka ia akan terus bermain hingga beberapa jam ke depan.
Di sisi lain, fidget spinner dinilai dapat membantu para pekerja milenial untuk lebih fokus dalam pekerjaan. Memainkan fidget spinner dinilai dapat meningkatkan konsentrasi pekerja milenial sehingga mereka jadi lebih fokus pada pekerjaan yang sedang dilakukan, terlebih jika pekerja tersebut sedang mengerjakan beberapa tugas sekaligus.