Sabtu 29 Jul 2017 16:12 WIB

Ada Keajaiban pada Perayaan Hari Puisi Indonesia

Sastrawan senior D. Zawani Imron tampil di acara perayaan Hari Puisi Indonesia di Jakarta, Rabu (26/7).
Foto: Dok Panitia HPI
Sastrawan senior D. Zawani Imron tampil di acara perayaan Hari Puisi Indonesia di Jakarta, Rabu (26/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Para penyair Indonesia layak bersyukur, saat ini telah memiliki Hari Puisi Indonesia (HPI) yang dirayakan tiap tahun di seleruh Tanah Air. Menurut ketua panitia perayaan HPI, Asrizal Nur, tahun ini HPI dirayakan di lebih dari 60 tempat yang tersebar dari Aceh hingga Papua.

Maraknya perayaan HPI itu, menurut salah seorang konseptor HPI, Ahmadun Yosi Herfanda, merupakan suatu keajaiban. "Hari Puisi Indonesia dideklarasikan pada 22 November 2012 di Pekanbaru. Saat ini, lima tahun setelah itu, HPI dirayakan di seluruh Indonesia. Itu suatu keajaiban," katanya saat memberikan sambutan pada perayaan HPI di Warung Apresiasi Sastra (Wapres) Bulungan, Jakarta, Rabu (26/7) malam lalu.

Teks deklarasi HPI, ketika itu, dibacakan oleh Sutardji Calzoum Bachri atas nama penyair Indonesia. Ada lebih dari 100 penyair dari perbagai penjuru Tanah Air yang ketika itu menandatangani naskah deklarasi dan tampil di panggung saat deklarasi dibacakan.

HPI dirayakan tiap 26 Juli, bertepatan dengan hari lahir penyair Chairil Anwar. Semula HPI digagas oleh Rida K Liamsi. Kemudian konsep dan teks deklarasinya dimatangkan oleh Maman S Mahayana, Asrizal Nur, Ahmadun Yosi Herfanda, Agus R Sarjono, Kazzaini KS, dan Jamal D Rahman.

Perayaan HPI di Wapres Bulungan diisi orasi sastra oleh D. Zawawi Imron, monolog oleh Dhenok Kristianti, dan pentas musik The Lief. Selain itu,  baca puisi oleh Nisa Rengganis, Endang Supriadi, Dino Umahuk,  Alya Shalaisha, Hany Ova, Budhi Setyawan, Sudi Bekasi, Edrida Pulungan,  Slamet Widodo, Zhevita, Mustafa Ismail, Willy Ana, dan sejumlah pecinta puisi lainnya.

Bagi penyair, menurut D Zawawi Imron, menulis puisi adalah ekspresi kata hati yang jujur. "Pada puisi kita dapat membaca suara hati penyair dalam menanggapi persoalan kehidupan di sekitarnya," katanya.

Menulis dan membaca puisi, bagi Ahmadun, adalah kegembiraan. "Dengan adanya Hari Puisi, kita punya satu alasan lagi untuk berkumpul dan membaca puisi dalam suasana gembira," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement