REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Merasa sudah membersihkan wajah dengan benar, tetapi jerawat masih bermunculan? Pakar dermatologi dr Srie Prihianti Gondokaryono, SpKK, PhD mengatakan, bisa jadi masalah kulit itu dipicu oleh faktor lain seperti makanan, stres, atau kondisi lingkungan.
"Faktor makanan, sifatnya cukup individual, tidak berlaku untuk semua orang. Ada orang yang berjerawat karena dipengaruhi makanan, ada juga yang tidak," ungkap dokter yang praktik di Erha Clinic Pondok Indah, Jakarta, itu.
Srie memerinci, alasan mengapa sebagian orang sensitif terhadap makanan dan sebagian lagi tidak masih dalam penelitian. Sekretaris Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) itu menambahkan bahwa faktor stres dan lingkungan seperti panas, polusi, dan debu turut memengaruhi.
Stres yang berkaitan dengan kesehatan kulit, kata ia, salah satunya karena turunnya imunitas sehingga respons dan proteksi tubuh terhadap banyak hal akan berkurang. Seseorang jadi mudah sakit, infeksi, serta memicu beberapa jenis alergi dan penyakit kulit.
Solusinya adalah dengan menghindarkan diri dari hal-hal yang mengarah pada faktor pencetus jerawat tersebut. Baik pria maupun wanita juga disarankan untuk rutin melakukan perawatan kulit mendasar seperti membersihkan, melembabkan, dan memproteksi kulit.
Selama ini, Srie mencermati bahwa semakin banyak pria yang sadar untuk merawat kulit. Meski perbandingan pasien laki-laki dan perempuan yang datang ke tempatnya belum seimbang, yaitu 1:3, ia menganggap peningkatan jumlah tersebut menunjukkan para pria sudah cukup baik.
Sebagian besar pria pun masih menganggap perawatan kulit wajah sebagai hal feminin. Padahal, menurut ia, menjaga kesehatan dan kebersihan kulit wajib dilakukan pria maupun wanita agar fungsi dasarnya sebagai pelindung organ dan pengatur regulasi suhu tubuh tidak mudah terganggu.
"Rata-rata pasien pria baru berobat jika sudah mengalami masalah berat, sedangkan kalau problemnya masih sedikit tidak terlalu peduli. Padahal saat masih ringan itu lebih mudah diatasi atau bahkan dicegah," tutur Srie.