Ahad 01 Oct 2017 13:00 WIB

Penyair Muslimah Kuatkan Mata Rantai Sastra Islami

Mamur Saadi, Nenden Lilis A dan Ahmadun Yosi Herfanda (dari kiri ke kanan) dalam diskusi
Foto: Dok KPPI
Mamur Saadi, Nenden Lilis A dan Ahmadun Yosi Herfanda (dari kiri ke kanan) dalam diskusi "Berbagi Zikir".

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sajak-sajak religius dan sufistik Indonesia tidak hanya ditulis oleh para penyair Muslim tapi juga para penyair Muslimah. Demikian dikatakan Ahmadun Yosi Herfanda dalam diskusi buku antologi puisi Berbagi Zikir, di Auditorium JICA FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Rabu (28/9) lalu.

Buku yang berisi sajak-sajak Islami karya 36 penyair Muslimah itu diterbitkan oleh Lembaga Seni dan Sastra Reboeng pimpinan Nana Ernawati. "Sajak-sajak dalam buku ini membuktikan bahwa penyair Muslimah punya peran penting dalam memperkuat tradisi penulisan puisi Islami di Indonesia," kata Ahmadun.

Apresiasi dan Diskusi Buku Puisi Berbagi Zikir  itu diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra UPI bekerja sama dengan LSS Reboeng dan didukung oleh Komunitas Penulis Perempuan Indonesia (KPPI). Acara dimeriahkan musikalisasi puisi Sanggar Ari Kpin dan pembacaan puisi para penyair Muslimah, antara lain Rini Intama, Dian Hartati, Nenden Lilis Aisyah, Nana Ernawati, Nurul Ilmi Elbana, Heni Hendrayani, Terena Oktaviani, dan Ratna M Rochiman.

Selain Ahmadun, pembicara yang membahas sajak-sajak dalam Berbagi Zikir adalah Mamur Saadi, dosen UPI. Acara juga diisi sambutan Dekan FPBS UPI DR Syihabuddin MPd, yang mengatakan bahwa peran puisi sangat penting dalam perkembangan peradaban Islam.

Sebelumnya, menurut Nana Ernawati, antologi puisi Berbagi Zikir telah diluncurkan di Taman Budaya Yogyakarta dan didiskusikan di Balai Bahasa Yogyakarta dengan pembicara Katrin Bandel dan Jamal D Rahman. Buku tersebut dikuratori oleh Ulfathin Ch dan Ahmadun Yosi Herfanda.

Kualitas estetik

Selaku kurator, Ahmadun mengaku tidak hanya memilih puisi berdasarkan nilai keislamannya, tapi juga kualitas estetiknya. "Saya menghindari puisi yang hanya mirip penggalan teks khutbah atau tausiah," kata pemimpin redaksi portal sastra litera.co.id itu.

Tentang lebih banyaknya puisi sufistik di dalam Berbagi Zikir, menurut Ahmadun, itu membuktikan peran penting para penyair Muslimah dalam ikut menyambung mata rantai puisi sufistik di Indonesia. "Ini kenyataan yang luput dari perhatian para pengamat sastra. Dalam mewacanakan tradisi puisi sufistik selama ini mereka cenderung hanya memperhatikan para penyair pria," katanya.

Dengan begitu, tambahnya, terbitnya buku Barbagi Zikir sangat penting untuk menggarisbawahi peran penting para penyair Muslimah dalam meneruskan tradisi puisi sufistik di Indonedia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement