Senin 02 Oct 2017 19:26 WIB

Batik Maos Berasal dari Nama Kerbau

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Salah satu motif batik Maos khas Cilacap.
Foto: dok BNI
Salah satu motif batik Maos khas Cilacap.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Batik Maos, batik asal Cilacap yang sudah ada sejak abad 18 mengandung makna filosofi dan sejarah tinggi karena menampilkan sandi perang laskar Pangeran Diponegoro. "Motif batik maos itu biasanya di sini dipakai untuk sandi perang zaman dahulu. Jadi sandi perang saat zaman laskar Diponegoro itu mereka menginterpretasikannya lewat batik supaya tidak ketahuan," jelas Euis Rohaini (42 tahun) pemilik Batik Maos Rajasa Mas kepada wartawan dalam acara Karnaval Batik di Jakarta, Ahad (1/10).

Sentra produksi batik di Kabupaten Cilacap saat ini ada di Kecamatan Maos Cilacap dan dikelola oleh Euis Rohaini bersama suaminya Tonik Sudarmaji. Hingga kini, hampir 80 pengrajin batik bergabung dalam usaha batik yang dibangun dari tahun 2008 tersebut.

Lalu apa sebenarnya arti Maos itu? Maos itu sebenernya dari bahasa Belanda. Dalam bahasa Belanda ada kata Maeso yang berarti kerbau.

"Zaman Belanda itu di daerah saya itu kan agraris ya, pertanian, nah di sini tuh banyak kerbau. Kalau di Belanda kerbau itu dipanggilnya maeso, jadi Maos gitu," tambahnya.  

Euis Rohaini menuturkan bahwa produk batik tulis tradisional asli Cilacap ini cukup diminati para kolektor batik di Asia Tenggara, Korea, Jepang dan Eropa. Ia mengungkapkan ketika membawa batik Maos dalam pameran, orang luar memang tidak begitu paham. Namun Euis melakukan edukasi kepada mereka. Dan mereka sangat mengapresiasi.

"Seperti kemarin buyer dari Riyadh ke sini dia bilang batik itu amazing banget. Jadi kayak salut banget," ungkapnya.

Ia mengatakan saat membawa batik Maos keluar negeri bukan semata-mata untuk bisnis, tapi juga untuk mengedukasi dan menceritakan mengenai batik Maos. Dalam waktu dekat, Euis akan membawa batik Maos ke Srilanka untuk pelatihan. Kemudian ke Osaka Jepang.

"Alhamdulillah selama sepuluh tahun ini batik Maos sudah pameran hampir di 20 negara," ujarnya. Ia menambahkan batik Maos itu memang sangat membudaya. Karena itu ia tertarik melestarikan batik Maos ini. "Makanya kami tetap bikin yang klasik, yang bikin kontemporer juga untuk pasar," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement