Senin 23 Oct 2017 14:35 WIB

Tenun Ikat Dayak yang Terancam Punah

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Tenun ikat dayak.
Foto: Republika/Desy Susilawati
Tenun ikat dayak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tenun ikat dayak memiliki motif yang penuh makna. Salah satu motif paling populer adalah motif manusia. Untuk membuat satu kain tenun membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan untuk proses pembuatannya. Sayangnya kain ini terancam punah karena jumlah penenun yang terus berkurang dan minimnya edukasi dalam desain dan penjualan.

"Keunggulan tenun ikat dayak adalah nilai sejarahnya. Bagaimana ceritanya, nilai suatu sejarah, nilai suatu budaya. Tenun ikat sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Namun sekarang agak bergeser gara-gara generasi muda tidak mau karena pekerjaannya rumit, lama, perlu fokus dan banyak yang tidak kenal motif," jelas pemilik Galeri Tenun Ikat Dayak, Fifiyati.

Namun Galeri Tenun Ikat Dayak miliknya kini berusaha mengembalikan minat para penenun. Mereka mendampingi sejak tahun 2012 di Kapuas Sulu dan sekarang sudah puluhan penenun, sedangkan di Sintang mulai tahun 1999 dari awalnya hanya delapam penenun, sekarang 1.000. "Kami mendampingi enam desa enam dusun di Kecamatan Batang Lupar, Ranjak Deras,

Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Di satu rumah betang, perempuan-perempuan dayaknya kami ajari lagi membudakankan bahwa mereka harus menenun lagi. Membudayakan warisan leluhur, mereka harus menggiatkan dan melestarikan menjaga apa yang mereka punya," tambahnya.