REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persaingan ketat bisnis apartemen telah mendorong pengembang untuk lebih kreatif lagi dalam memasarkan produknya. Lokasi strategis, belumlah cukup untuk menjaring konsumennya apabila tidak diracik dengan tampilan hunian yang berkelas.
Memahami kebiasaan atau keinginan konsumen menjadi hal penting yang harus diperhatikan perancang hunian vertikal. Apalagi keterbatasan lahan dan memilih material bangunan bermutu menjadi tantangan tersendiri dalam menata disain agar tetap menarik di lahan yang terbatas. Hal itu dapat dijumpai pada The Lana, apartemen premium yang berada di kawasan Alam Sutera, Kota Tangerang.
Sang arsitek The Lana, Andrew Bromberg berupaya memahami keinginan atau kebiasaan orang Indonesia yang tinggal di hunian tinggi. Arsitek asal AS itu merancang hunian yang tidak saling berhadapan satu dengan lainnya karena alasan privacy. Tak hanya itu, bagian timur dan barat dijadikan dinding untuk menahan sinar matahari yang menyengat.
Apartemen dua gedung yang menempati lahan 8 ribu meterpersegi ini, hanya menghabiskan lahan seluas 35 persen untuk bangunan. Selebihnya bisa digunakan untuk penghijauan ataupun fasilitas sosial para penghuninya. "Kami memperhatikan lingkungan hidup dan kenyamanan seperti Singapura," kata Bill Cheng, presiden Direktur PT Brewin Mesa Sutera, pengembang The Lana, Kamis (9/11).
Andrew juga berupaya mengatasi masalah kurangnya sosialisasi antar warga yang umumnya dijumpai pada apartemen. Hal itu diatasinya dengan menyiapkan tiga lantai agar warga bisa bersosialisasi satu dengan lainnya. Termasuk di dalamnya terdapat perpustakaan, taman, tiga kolam renang hingga sky bridge.
Di Alam Sutera sendiri kini sudah menjamur apartemen yang menyasar berbagai segmen pasar. Namun, umumnya mereka menyasar kelas menengah atau menawarkan ukuran yang lebih kecil. "Kami beda dengan lainnya karena banyak perlengkapannya impor dari Italia dan Jepang," kata Bill.
Meski berlokasi di Alam Sutera, namun lokasinya tidak jauh dari Puri Indah, Jakarta Barat. Apalagi dengan nuansa penghijauan yang cukup kental di kawasan Alam Sutera, diharapkan menjadi nilai tambah bagi hunian yang ditawarkan mulai harga Rp 1 hingga 4,5 miliar per unitnya itu. "Harga kami 30 persen lebih murah dari Puri Indah," kata Bill.
Pihaknya juga menggandeng pengembang China State Construction Overseas Development Shanghai Indonesia untuk proyek tersebut. Diharapkan proyek yang menghabiskan dana sekitar Rp 1,3 triliun itu akan selesai dibangun pada tahun 2020 mendatang.