REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kecanduan berswafoto (selfie) atau yang disebut selfitis bisa menjadi permasalahan serius. Jurnal Internasional tentang Kesehatan Mental dan Ketergantungan telah menerbitkan sebuah studi tentang kecanduan berswafoto.
Psikolog melihat perilaku 400 orang yang menggunakan media sosialdi India untuk mengetahui kebenaran studi tersebut. India dipilih karena memiliki jumlah pengguna Facebook terbanyak di dunia.
Namun India juga merupakan negara dengan kematian tertinggi karena mencoba melakukan swafoto di lokasi berbahaya. Para ilmuwan mengembangkan selfitis behaviourscale yang digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan menentukan penyebab orang menjadi kecanduan.
Skala itu diukur dari satu hingga 100 dan ditemukan bahwa orang dapat menderita tiga tingkat selfitis yang berbeda. Tingkat Batas, berlaku untuk orang-orang yang mengambil tiga swafoto sehari tapi tidak mengunggahnya secara online.
Akut, berlaku bagi mereka yang benar-benar mengunggahnya. Kronisketika, seseorang memperlakukan dirinya secara konsisten dan mengirimnya secara online lebih dari enam kali dalam sehari.
Faktor-faktor yang memprovokasi kondisinya termasuk kurang percaya diri, mencari perhatian dan persaingan sosial.
Menurut Dokter Griffiths, studi ini bisa dibilang memvalidasi konsep selfitis dan memberikan data patokan bagi peneliti lain untuk menyelidiki konsep ini secara lebih menyeluruh dan dalam konteks yang berbeda.
"Konsep berswafoto mungkin berkembang seiring berjalannya waktu seiring kemajuan teknologi, namun enam faktor yang diidentifikasi yang mendasari selfitis dalam penelitian ini berpotensi berguna dalam memahami interaksi manusia dengan komputer di perangkat elektronik mobile," kata Griffith, seperti dikutip Standard.co.uk, Sabtu (16/12).