REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Kerajinan tenun hasil produksi masyarakat adat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, diminati Pasar Korea Selatan karena memiliki keunggulan corak warna.
"Kami memasok kain tenun Badui ke Pasar Korea Selatan melalui jasa perusahaan dari Jakarta," kata Santa (45) seorang pengrajin Badui saat dihubungi di Lebak, Sabtu (13/1).
Kelebihan tenun Badui itu, selain rajutan sendiri yang dikerjakan secara tradisional juga warnanya berbeda dengan tenun lain di Tanah Air.
Motif corak kain tenun Badui itu menunjukan warna alami juga cukup unik dan berbeda dengan tenun lainnya di Tanah Air. Saat ini, dirinya sedang menampung kain tenun Badui karena permintaan Pasar Korea Selatan cenderung meningkat.
Begitu juga tenun Badui kini banyak diminati wisatawan untuk dijadikan kenang-kenangan maupun digunakan sendiri. Selain itu juga tenun Badui dijadikan sebagai oleh-oleh atau buah tangan untuk cenderamata. "Kami merasa bangga produk tradisional masyarakat Badui diminta pasar dunia, sehingga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga," ujarnya.
Salah seorang perajin warga Badui Luar, Neng (40) mengaku selama ini permintaan kain tenun Badui meningkat, bahkan di antaranya ke Pasar Korea Selatan.
Adapun harga kain tenun Badui itu tergantung kualitas mulai Rp 70.000 sampai Rp 350.000 per busana. "Kami merasa kewalahan selama sepekan terakhir karena banyak permintaan pasar," katanya menjelaskan.
Kepala Seksi Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak, Sutisna mengatakan selama ini tenun Badui sudah mendunia setelah peragaan busana di London Fashion Week di Sommerset House, London, Inggris.
Bahkan, produksi kain tenun Badui menembus Pasar Korea Selatan. Produksi kerajinan kain tenun Badui memiliki aneka warna dan motif, di antaranya poleng hideung, poleng paul, mursadam, pepetikan, kacang herang, maghrib, capit hurang, susuatan, suat songket, smata (girid manggu, kembang gedang, kembang saka).
Selain itu juga motif adu mancung, serta motif aros yang terdiri dari aros awi gede, kembang saka, kembang cikur, dan aros anggeus. Motif tenun Badui itu juga memiliki makna tersendiri disesuaikan dengan budaya mereka.
Karena keunikannya itu, desainer muda Amanda I Lestari menyertakan tenun Badui pada ajang peragaan busana tingkat dunia, London Fashion Week di London, Inggris. Saat ini perajin tenun Badui di kawasan masyarakat tradisional itu berkembang hingga ratusan perajin.
Kehadiran perajin tenun Badui itu tentu menyumbangkan pendapatan ekonomi dan menyerap lapangan pekerjaan. "Kami terus meningkatkan kualitas tenun Badui dengan membina sebanyak 200 perajin agar bersaing di pasar dunia," katanya.