REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang berlangsungnya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) pada pertengahan tahun ini, media sosial diprediksi akan banjir informasi seputar orang-orang yang mencalonkan diri di Pilkada. Pengamat media sosial Nukman Luthfie mengingatkan kepada warganet agar berhati-hati menyebarkan berita mengenai pilkada.
Menurutnya, warganet yang cerdas hanya menyebarkan informasi dari sumber terpercaya. "Menyebarkan berita boleh-boleh saja asalkan harus dari sumber terpercaya. Sumber terpercaya salah satunya dari pemberitaan di media-media arus utama," jelasnya.
Nukman mewanti-wanti agar pengguna media sosial (medsos) tidak sembarangan menyebarkan berita yang baru satu kali dibaca. Ketelitian diperlukan agar pengguna medsos tidak menjadi warganet yang ikut menyebar informasi hoaks. "Bebas dari hoaks itu agak susah. Untuk mengantisipasinya kita harus menjadi pendukung yang tetap menggunakan akal sehat," kata Nukman.
Ia membagikan kiat agar pengguna medsos terhindar dari kebiasaan membagikan berita bohong. Apabila membaca berita dan ingin menyebarkannya, teliti dulu apakah berita yang sama dimuat di media-media arus utama.
"Jangan menyebar berita dari sumber abal-abal. Apabila ada dua atau lebih media arus utama memberitakan hal yang sama, baru boleh disebar," terangnya. Dengan membagikan berita dari sumber terpercaya, pengguna medsos akan lebih mudah mencari pertanggungjawaban apabila di kemudian hari terjadi permasalahan dengan isi informasi tersebut.
"Jika ada masalah pada berita maka tanggung jawab ada pada media yang mempublikasikan," terangnya.Lain halnya apabila berita dibuat oleh sumber yang kredibilitasnya dipertanyakan. Media abal-abal belum tentu dapat mempertanggungjawabkan isi beritanya.