REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beragam studi menunjukkan bahwa hubungan seseorang dengan saudara kandung berpengaruh terhadap kehidupannya hingga dewasa. Berikut sederet pengaruh positif maupun negatif tersebut, dikutip dari laman Business Insider.
Lebih banyak saudara tekan risiko perceraian
Jika Anda berasal dari keluarga besar dengan banyak saudara, kemungkinan perceraian akan jauh lebih rendah. Hal itu dianalisis oleh periset Ohio State University yang meneliti kondisi pernikahan 57 ribu warga Amerika dan jumlah saudara mereka di rumah.
Jadi 'anak emas' picu depresi
Orang tua terkadang mengistimewakan salah satu anak, dan kebiasaan itu terbukti kurang baik. Peneliti dari Purdue University dan Iowa State University mengungkap bahwa 'anak emas' dalam keluarga cenderung tidak bahagia dan depresi ketika dewasa.
Saudara berbeda gender tingkatkan percaya diri
Tumbuh dengan saudara kandung berbeda gender bisa meningkatkan rasa percaya diri, khususnya dalam percintaan. Studi oleh Pennsylvania State University menjumpai bahwa seseorang dengan saudara berbeda gender memiliki kesempatan 'berlatih' dekat dengan lawan jenis.
Berat badan saudara pengaruhi bobot tubuh
Studi yang diterbitkan dalam American Journal of Preventive Medicine menyebutkan bahwa memiliki saudara yang gemuk dapat membuat seseorang ikut mengidap obesitas. Sudah saatnya mengajak saudara untuk sama-sama hidup sehat agar hal ini tak perlu terjadi.
Perisakan antarsaudara dan kesehatan mental
Perkelahian atau saling olok di antara adik-kakak memang tak bisa sepenuhnya dihindari. Namun, saling merisak yang terjadi berkepanjangan bisa menyebabkan sakit hati yang lama membekas, selain terganggunya kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan akut.
Kehilangan saudara tingkatkan risiko penyakit jantung
Seseorang yang kehilangan saudaranya dalam kematian dramatis lebih berisiko mengidap penyakit jantung di kemudian hari. Meskipun penyebabnya belum diketahui secara jelas, para periset telah membuktikannya dalam studi khusus.
Anak tunggal tanpa saudara? Tak masalah
Studi oleh Ohio State University membuktikan bahwa anak tunggal rata-rata tidak memiliki masalah sosialisasi. Pasalnya, ada banyak peluang interaksi dengan tetangga atau siswa lain di sekolah yang mendukung tumbuh kembangnya.