REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kakak-beradik yang juga penulis best seller, Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia, kembali meluncurkan karya baru mereka, Cinta Menggerakkan Segala dan Cinta dalam 99 Nama-Mu. Acara peluncuran dua novel tersebut berlangsung pada gelaran Islamic Book Fair (IBF) 2018 di Jakarta Convention Center, Sabtu (21/4).
Cinta Menggerakkan Segala merupakan karya baru yang ditulis Helvy Tiana Rosa bersama dengan Benny Arnas. Novel ini merupakanadaptasi dari film 212 The Power of Love yang disutradarai Jastis Arimba. Film ini akan tayang perdana pada 9 Mei 2018 di bioskop-bioskop seluruh Indonesia.
Helvy mengaku, terinspirasi untuk mengalihwahanakan film tersebut ke dalam novel. Pendiri gerakan Forum Lingkar Pena (FLP) itu merasa, penulisan novel dan penciptaan film itu sebagai upaya berjihad di jalan Allah.
Menurutnya, pesan-pesan damai yang digaungkan Aksi Bela Islam (ABI) dua tahun lalu perlu diabadikan melalui karya sastra. Sebagai informasi, peristiwa yang kerap disingkat Aksi 212 itu berlangsung pada 2 Desember 2016 silam.
"Saya khawatir, bila ada orang membuat novel atau film tentang 212, tetapi melenceng dari fakta sebenarnya. Jadi, novel ini merupakan bagian dari jihad dan tanggung jawab saya sebagai bagian umat Islam, menyampaikan pesan perdamaian dari umat Islam Indonesia kepada dunia," kata Helvy Tiana Rosa saat peluncuran buku di JCC, Senayan, Jakarta, Sabtu (21/4).
Hadir dalam acara ini, antara lain, Irwan Kelana selaku perwakilan Republika Penerbit, sutradara Jastis Arimba bersama dengan sejumlah kru film tersebut, dan seratusan peserta IBF 2018.
Menurut sastrawan Muslimah itu, Aksi 212 belum pernah dilakukan bangsa-bangsa lain. Adapun pemicu peristiwa ini adalah respons umat Islam atas kata-kata Basuki Tjahaja Purnama yang telah menistakan Alquran.
Meskipun jumlah massa saat itu begitu banyak, yakni sekitar tujuh juta orang, kericuhan tidak terjadi. Mereka berkumpul di sekitaran Monas, Jakarta, menyuarakan aspirasi dengan damai.
Malahan, sambung Helvy, para peserta Aksi 212 berhasil menampilkan wajah Islam yang sesungguhnya. Mereka begitu tertib, bersatu, merapatkan barisan, tetapi tidak menyakiti pengguna jalan lain. "Tidak ada sisa-sisa sampah," ucapnya.
Sebagaimana film tersebut, Cinta Menggerakkan Segala mengisahkan tentang drama keluarga, yakni hubungan antara seorang pemuda dan orang tuanya yang merenggang 10 tahun lamanya. Pemuda tersebut dinarasikan sebagai pendukung Islamofobia. Padahal, orang tuanya merupakan tokoh Islam yang berpengaruh di daerah tempat tinggalnya. Aksi 212 kemudian menjadi latar kejadian yang menyambung kembali hubungan baik antara pemuda itu dan ayahnya.
Adapun novel baru Asma Nadia berkisah tentang perjalanan rohani seorang pemuda untuk menemukan kedamaian Islam. Di dalam Cinta dalam 99 Nama-Mu, Asma menghadirkan pesan-pesan tentang pentingnya berprasangka baik. Menurutnya, seseorang yang saat ini dianggap buruk oleh banyak orang, pada akhir hidupnya bisa jadi Allah lebih meridhainya atau Allah berikan kepadanya hidayah.
"Kita sekarang punya kecenderungan untuk menghakimi oranglain. Di sosial media, yang saya lihat, kalau ada orang jatuh, ada kecenderungan dia semakin dijatuhkan. Padahal, mestinya kita tolong dia untuk bangkit," kata Asma Nadia dalam acara yang sama, Sabtu (21/4).
"Tokoh Alif dalam novel ini termasuk yang mengalami naik-turun dalam hidupnya, tetapi pada akhirnya mendapatkan juga hidayah," ujarnya. Adik Helvy Tiana Rosa itu berharap, Cinta dalam 99 Nama-Mu dapat mendekatkan pembacanya kepada jalan cinta yang diridhai Allah.