REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pilihan mode pakaian, warna, dan bahan dasar busana, dapat memengaruhi suasana hati. Psikolog Fashion Institute of Technology (FIT), Dawnn Karen, menyarankan agar seseorang memperhatikan apa yang dipakai.
Perempuan keturunan Afrika-Amerika itu telah lama mempelajari keterkaitan antara keduanya. Karen yang menjadi konsultan untuk sederet jenama (merek) tersebut bahkan menjuluki dirinya sebagai psikolog fashion.
"Mantel tertentu bisa membuat saya merasa seperti superwoman dan memberi kesan merasa berkuasa. Ada banyak item fashion yang dapat memperkuat emosi positif atau bahkan negatif," ujarnya.
Karen kerap menganalisis berbagai pilihan busana dan mengaitkannya dengan hal akademis. Dia mendefiniskan psikologi fashion sebagai studi tentang bagaimana warna, gambar, gaya, dan keindahan memengaruhi perilaku manusia.
Pengajar di departemen ilmu sosial FIT itu percaya psikologi mode kian relevan karena konsumen sudah mulai kritis terhadap industri fashion. Karen juga turut mengkritik sejumlah jenama yang melakukan kesalahan fatal.
Perempuan 29 tahun itu mencontohkan merek H&M yang pernah menampilkan model anak berkulit gelap mengenakan hoodie bertuliskan coolest monkey in the jungle. Contoh lain, rok mini Zara yang dianggap memuat simbol rasis.
"Itulah mengapa Anda membutuhkan seorang psikolog mode di tim penasihat," kata peraih gelar master psikologi konseling dari Columbia Teachers College itu, dikutip dari laman Scotsman.