REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Penulis novel biografi Nabi Muhammad, Tasaro GK meraih penghargaan ide terbaik dalam Kuala Lumpur Trade and Copyright Center (KLTCC) atas karyanya yang sedang ditulis berjudul Almasih. Tasaro mengalahkan pesaing- pesaing lainnya dari seluruh ASEAN dan mendapatkan peringkat ketiga dalam kategori 'Ideas to Book'.
KLTCC diselenggarakan oleh Perbadanan Kota Buku yang dibawahi oleh Kementerian Pendidikan Malaysia. Dalam acara ini, para penulis dari seluruh ASEAN diberi kesempatan untuk mengirimkan proposal berisi ide- ide penulisan untuk buku terbaru mereka.
Menurut perwakilan dari Perbadanan Kota Buku Malaysia, Rusnajaa, sepuluh besar finalis mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan ide mengenai buku yang ditulis kepada panelis juri. Namun pada saat waktu mempresentasikan, Tasaro tidak berkesempatan pergi ke Kuala Lumpur.
"Meskipun Tasaro tidak datang dan melakukan tanya jawab dengan panelis juri, idenya sangat bagus sehingga diberi posisi 2nd Runner Up," jelas Rusnajaa kepada Republika.co.id, Jumat (4/5).
Adapun juara pertama dan kedua merupakan penulis dan komikus asal Malaysia. Penghargaan ide terbaik telah diberikan oleh KLTCC sejak 2016. Dalam gelaran Kuala Lumpur Internasional Book Fair (KLIBF) 2018 ini, pihak panitia KLTCC membuka kompetisi ini untuk penulis seluruh ASEAN.
Terkenal dengan tetralogi novel biografi Nabi Muhammad, Tasaro GK kini memulai untuk menulis mengenai Nabi Isa a.s yang nantinya akan berjudul Almasih. Pada waktu awal menulis karya ini, ia tertarik untuk mengirimkan ide karyanya ke KLTCC.
"Setelah menulis mengenai Nabi Muhammad saya tertarik untuk menulis mengenai Nabi Isa. Buku Almasih ini baru saya mulai tulis sebulan ini. Rencananya 2-3 bulan lagi selesai," ungkap Tasaro.
Ia mengakui bahwa riset sejarah mengenai Nabi Isa telah dilakukan selama bertahun- tahun. Seperti buku pendahulunya, novel Nabi Muhammad, yang ditulis berdasarkan riset selama 10 tahun.
Gaya penulisan novel ini akan sama dengan novel biografi Nabi Muhammad, yaitu menulis berdasarkan fakta sejarah namun dalam bentuk karya populer. Penulisan dalam bentuk novel menurut Tasaro merupakan salah satu cara agar sejarah dapat lebih mudah tersampaikan ke pembaca.
"Harapan saya tidak hanya muslim tapi nonmuslim pun akan mengenal dengan baik bagaimana nabi kita sebenarnya. Dengan begitu bisa menghapuskan Islamophobia dari pandangan orang-orang nonmuslim," jelas Tasaro.